Jumat, 21 Desember 2012

[Cerpen] Hadiah untuk Adik


 Ini karyaku saat SD, anak SD toh buat cerita sangat aneh. Aku saja yang buat, baca lagi tertawa. Lugunya saat SD mungkin tertuang dari cerpen ini.
Rina gadis periang yang suka membantu orang tuannya menjual gorengan. Walaupun ia menjual gorengan, ia tak pernah malu kepada temannya.Kemarin saja ia rela memakai sepatu yang sudah kusam dan kekecilan, karena harus bertukaran sepatu dengan adiknya.
Siang ini cuaca sangat cerah,ia dan adiknya mendapati ibunya yang sedang memasak.
“Wah, perutku sudah keroncongan, nih,”ujar Rina sambil menghirup bau masakan ibunya.
“iya sabar Rin, bentar lagi juga masak,”kata ibunya.

“Buk,sepatuku udah kusam, ya tapi sebenarnya masih bisa dipakai,”kata Adik mengerutkan dahinya.
“Besok pasti ibu belikan, tapi kalau bulan ini ngak bisa,”kata ibunya.
“Iya Dek, besok kalau ibuk punya uang pasti bisa belikan kamu,”kata Rina.
Adiknya menangis sambil mengucek matanya. Rina yang mendengar percakapan ibunya sangat kasihan. Rina pergi menuju halaman belakang dengan membawa bungkusan kacang dan buku.
Beberapa saat kemudian Rina menutup bukunya. Ia sudah selesai membaca. Kini ia melihat kulit-kulit kacang yang ia buang. Ia berpikir kulit kacang itu dapat di manfaatkan. Ia termenung sebentar. Tiba- tiba saja ia tersenyum tipis tersembul di bibirnya. Sebuah ide telah tersusun di benaknya. Tergesa Rina menuju kedapur.
“Buk, kardus kemarin belum dibuangkan,” ujar Rina kepada ibunya.
“Masih, itu ada dibelakang lemari.”
Rina mengambil kardus yang ada di belakang almari. Dan mengampil gunting serta lem. Ia menuju kebelakang rumah. Lalu ia merangkainya menjadi pigura. Ia berpikir kalau menjualnya pasti ia dapat membelikan adiknya sepatu baru.
Tergesa-gesa Rina untuk menjualnya ke pasar. Saat sampai di pasar, ia berharap karyanya laku. Ia duduk di trotoar.
Di bawah pohon jambu merah di pinggir jalan. Dalam hati ia menginginkan karyanya laku. Agar ia dapat membelikan sepatu untuk adiknya.Tak lama kemudian wajah semangatnya menjadi murung karena sudah lama ia menunggu namun tak ada yang membelinya.
Akhirnya ia memutuskan untuk menjualnya keliling. Rina tersenyum, saat seorang perempuan berjilbab menanyakan harga. Perempuan itu membeli semua kerajinan. Rina sangat berterima kasih pada orang itu. Dari kejauhan terlihat orang-orang lari-lari, semua gerobak di dorong oleh pedagang kaki lima.
Dari kejauhan ternyata pedagang kaki lima itu akan di tangkap oleh kantip. Rina yang juga takut, ia berlari sekuat tenaga. Namun tak bisa ia tertangkap oleh kantip. Ia menangis saat ditanya di kantor kantip.Ibunya datang untuk menjemputnya. Rina bergegas memeluk ibunya, ia menangis di pelukkan ibunya.
“Ibu aku tidak salah,”kata Rina menangis tersedu-sedu.
“Iya,”kata ibunya sambil mengelus-ngelus rambut anaknya.
Ibunya langsung duduk di kursi dan mulai bercakap-cakap dengan kantip. Mereka kena denda 25 ribu rupiah, jadi uang dari hasil menjualnya harus diberikan. Dari tempat ia duduk, ia melihat ibunya sedang memberikan uangnya. Ibunya langsung mengandeng tangan Rina keluar dari kantor itu.
Sesampainya dirumah, ia bingung bagaimana cara untuk membelikan adiknya sepatu. Uang hasil dagangannya ludes untuk mengganti uang denda tadi. Ayahnya yang baru pulang dari berdagangan langsung duduk di samping tempat Rina duduk. Ayahnya bertanya pada Rina.
Rina yang tadinya melamun, langsung bercerita pada ayahnya. Ayahnya langsung tersenyum pada Rina. Setelah terdiam sesaat. Ayahnya memberikan uang kepada Rina.
“Ini apa yah?”kata Rina bingung.
“Kamu ingin membelikan adikmu sepatukan di hari ulang tahunnya besok sabtu,”kata ayah yang masih tersenyum.
“makasih ayah,”kata Rina sambil memeluk ayahnya.
Setelah itu Rina menghitung uang yang di berikan oleh ayahnya. Ayahnya tersenyum, ayahnya bilang kalau ia hanya dapat memberikan separoh dari harga sepatu. Rina berlari menuju kamarnya, ia langsung menambah uang tabungannya. Namun tetap saja tidak cukup.
Keesokan harinya ia pergi ke pasar untuk membantu mengangkut barang-barang. Dan siangnya ia membersihkan kandang sapi. Itu ia lakukan untuk membelikan sepatu adiknya. Karena hari sudah cukup sore ia kembali kerumah.
Akhirnya uang itu cukup untuk membelikan sepatu untuk adiknya. Keesokan harinya ia harus membawa gorengan kesekolah dan kewajibannya untuk sekolah. Ia pulang dengan adiknya, ia tersenyum dan ia bilang kalau ia akan membelikan adiknya sepatu.Mereka berdua pergi ke took sepatu, Keputusan adiknya ia ingin sepatu warna biru muda bercorak bunga-bunga.
Saat Rina melihat harga sepatu itu, Rina menggedekan kepalanya. Adiknya mengerti kalau harga sepatu itu terlalu mahal. Adiknya mengembalikan sepatu itu ke tempat semula, lalu ia memilih-milih sepatu lagi. Rina melihat keluar jendela toko sepatu tersebut. Diluar ada seorang anak laki-laki memakai tas platik dan sandal usam yang dikawat. Ia merasa kasihan pada anak itu.
“Ada apa kak?”kata Ranti adiknya.
“Ngak, kakak Cuma kasihan pada anak itu, ia bersekolah memakai tas plastic dan sandal yang berkawat,”kata Kakaknya  merangkulkan tangan ke adiknya.
Mereka terdiam sesaat.
“Kak, mendingan uang itu berikan pada anak itu,”kata Ranti memberikan uangnya kepada kakaknya.
“Tapi, kamu kan ingin sepatu dari dulu,”kata Rina.
“Dia lebih butuh kak, aku masih bisa memakai sepatu balet warna pinkku,”ujar adiknya.
Rina tersenyum dengan adiknya. Ia bangga dengan adiknya, karena adiknya masih peduli dengan orang lain yang lebih membutuhkan. Lalu mereka keluar toko dan memberikan uangnya ke anak laki-laki itu.
Mereka pulang dengan bahagia, karena telah menolong seseorang. Sesampainya dirumah mereka di tanyai soal sepatu. Mereka menceritakan apa yang terjadi tadi. Orang tuannya bangga pada kedua anaknya karena mereka tak mementingkan dirinya sediri. Ia lebih peduli dengan orang lain yang lebih membutuhkan. [2007]
21-12-2012

0 komentar:

Posting Komentar

berkunjung juga yuk!

LATEST POSTS