Ini karyaku saat SD, anak SD toh buat cerita sangat aneh. Aku saja yang buat, baca lagi tertawa. Lugunya saat SD mungkin tertuang dari cerpen ini.
Rina gadis periang yang suka membantu
orang tuannya menjual gorengan. Walaupun ia menjual gorengan, ia tak pernah
malu kepada temannya.Kemarin saja ia rela memakai sepatu yang sudah kusam dan
kekecilan, karena harus bertukaran sepatu dengan adiknya.
Siang ini cuaca sangat cerah,ia dan
adiknya mendapati ibunya yang sedang memasak.
“Wah, perutku sudah keroncongan,
nih,”ujar Rina sambil menghirup bau masakan ibunya.
“iya sabar Rin, bentar lagi juga
masak,”kata ibunya.
“Buk,sepatuku udah kusam, ya tapi
sebenarnya masih bisa dipakai,”kata Adik mengerutkan dahinya.
“Besok pasti ibu belikan, tapi kalau
bulan ini ngak bisa,”kata ibunya.
“Iya Dek, besok kalau ibuk punya uang
pasti bisa belikan kamu,”kata Rina.
Adiknya menangis sambil mengucek matanya.
Rina yang mendengar percakapan ibunya sangat kasihan. Rina pergi menuju halaman
belakang dengan membawa bungkusan kacang dan buku.
Beberapa saat kemudian Rina menutup
bukunya. Ia sudah selesai membaca. Kini ia melihat kulit-kulit kacang yang ia
buang. Ia berpikir kulit kacang itu dapat di manfaatkan. Ia termenung sebentar.
Tiba- tiba saja ia tersenyum tipis tersembul di bibirnya. Sebuah ide telah
tersusun di benaknya. Tergesa Rina menuju kedapur.
“Buk, kardus kemarin belum
dibuangkan,” ujar Rina kepada ibunya.
“Masih, itu ada dibelakang lemari.”
Rina mengambil kardus yang ada di
belakang almari. Dan mengampil gunting serta lem. Ia menuju kebelakang rumah.
Lalu ia merangkainya menjadi pigura. Ia berpikir kalau menjualnya pasti ia
dapat membelikan adiknya sepatu baru.
Tergesa-gesa Rina untuk menjualnya ke
pasar. Saat sampai di pasar, ia berharap karyanya laku. Ia duduk di trotoar.
Di bawah pohon jambu merah di pinggir
jalan. Dalam hati ia menginginkan karyanya laku. Agar ia dapat membelikan
sepatu untuk adiknya.Tak lama kemudian wajah semangatnya menjadi murung karena
sudah lama ia menunggu namun tak ada yang membelinya.
Akhirnya ia memutuskan untuk
menjualnya keliling. Rina tersenyum, saat seorang perempuan berjilbab
menanyakan harga. Perempuan itu membeli semua kerajinan. Rina sangat berterima
kasih pada orang itu. Dari kejauhan terlihat orang-orang lari-lari, semua
gerobak di dorong oleh pedagang kaki lima.
Dari kejauhan ternyata pedagang kaki lima itu akan di tangkap
oleh kantip. Rina yang juga takut, ia berlari sekuat tenaga. Namun tak bisa ia
tertangkap oleh kantip. Ia menangis saat ditanya di kantor kantip.Ibunya datang
untuk menjemputnya. Rina bergegas memeluk ibunya, ia menangis di pelukkan
ibunya.
“Ibu aku tidak salah,”kata Rina
menangis tersedu-sedu.
“Iya,”kata ibunya sambil
mengelus-ngelus rambut anaknya.
Ibunya langsung duduk di kursi dan
mulai bercakap-cakap dengan kantip. Mereka kena denda 25 ribu rupiah, jadi uang
dari hasil menjualnya harus diberikan. Dari tempat ia duduk, ia melihat ibunya
sedang memberikan uangnya. Ibunya langsung mengandeng tangan Rina keluar dari
kantor itu.
Sesampainya dirumah, ia bingung
bagaimana cara untuk membelikan adiknya sepatu. Uang hasil dagangannya ludes
untuk mengganti uang denda tadi. Ayahnya yang baru pulang dari berdagangan
langsung duduk di samping tempat Rina duduk. Ayahnya bertanya pada Rina.
Rina yang tadinya melamun, langsung
bercerita pada ayahnya. Ayahnya langsung tersenyum pada Rina. Setelah terdiam
sesaat. Ayahnya memberikan uang kepada Rina.
“Ini apa yah?”kata Rina bingung.
“Kamu ingin membelikan adikmu
sepatukan di hari ulang tahunnya besok sabtu,”kata ayah yang masih tersenyum.
“makasih ayah,”kata Rina sambil
memeluk ayahnya.
Setelah itu Rina menghitung uang yang
di berikan oleh ayahnya. Ayahnya tersenyum, ayahnya bilang kalau ia hanya dapat
memberikan separoh dari harga sepatu. Rina berlari menuju kamarnya, ia langsung
menambah uang tabungannya. Namun tetap saja tidak cukup.
Keesokan harinya ia pergi ke pasar
untuk membantu mengangkut barang-barang. Dan siangnya ia membersihkan kandang
sapi. Itu ia lakukan untuk membelikan sepatu adiknya. Karena hari sudah cukup
sore ia kembali kerumah.
Akhirnya uang itu cukup untuk
membelikan sepatu untuk adiknya. Keesokan harinya ia harus membawa gorengan
kesekolah dan kewajibannya untuk sekolah. Ia pulang dengan adiknya, ia
tersenyum dan ia bilang kalau ia akan membelikan adiknya sepatu.Mereka berdua
pergi ke took sepatu, Keputusan adiknya ia ingin sepatu warna biru muda
bercorak bunga-bunga.
Saat Rina melihat harga sepatu itu,
Rina menggedekan kepalanya. Adiknya mengerti kalau harga sepatu itu terlalu
mahal. Adiknya mengembalikan sepatu itu ke tempat semula, lalu ia memilih-milih
sepatu lagi. Rina melihat keluar jendela toko sepatu tersebut. Diluar ada
seorang anak laki-laki memakai tas platik dan sandal usam yang dikawat. Ia
merasa kasihan pada anak itu.
“Ada
apa kak?”kata Ranti adiknya.
“Ngak, kakak Cuma kasihan pada anak
itu, ia bersekolah memakai tas plastic dan sandal yang berkawat,”kata
Kakaknya merangkulkan tangan ke adiknya.
Mereka terdiam sesaat.
“Kak, mendingan uang itu berikan pada
anak itu,”kata Ranti memberikan uangnya kepada kakaknya.
“Tapi, kamu kan ingin sepatu dari dulu,”kata Rina.
“Dia lebih butuh kak, aku masih bisa
memakai sepatu balet warna pinkku,”ujar adiknya.
Rina tersenyum dengan adiknya. Ia
bangga dengan adiknya, karena adiknya masih peduli dengan orang lain yang lebih
membutuhkan. Lalu mereka keluar toko dan memberikan uangnya ke anak laki-laki
itu.
Mereka pulang dengan bahagia, karena
telah menolong seseorang. Sesampainya dirumah mereka di tanyai soal sepatu.
Mereka menceritakan apa yang terjadi tadi. Orang tuannya bangga pada kedua
anaknya karena mereka tak mementingkan dirinya sediri. Ia lebih peduli dengan
orang lain yang lebih membutuhkan. [2007]
21-12-2012
0 komentar:
Posting Komentar