Kamis, 21 Desember 2017

[Diary] Metamorfosa 20-an Tahun

Sekarang usia saya sudah diatas 20 tahun bahkan  hanya 3 tahun lagi usia saya sudah seperempat abad. Bagaimana saya begitu cepat tumbuh? usia saya juga cepat bertambah? rasanya saya baru saja masuk taman kanak-kanak dimana saya masih diantar dan ditunggu selama masuk awal. Tapi baru saja saya lulus kuliah. Satu atau 4 tahun tidak terasa sama sekali.
Usia saya ini dibilang bukan usia remaja lagi bahkan ini adalah tingkatan kita mendewasakan diri. Terkadang saya berpikir apa saya telah dewasa, tapi saya juga selalu berpikir apa sikap saya masih kekanakan. 

"Dewasa adalah memahami kalau tidak semua pertanyaan memiliki jawaban, tidak semua kesalahan harus diperbaiki. Terkadang yang terbaik yang bisa kamu lakukan adalah menerima dan memaafkan." -Riri Sardjono (Marriageable). Quotes ini sangat membawa saya hari ini dan saya mulai melakukan walau tidak 100%.

Fase ini sangat sulit di lewati banyak dilema didalam hati yang susah untuk dipahami. Usia ini adalah jalan awal kita. Dimana menentukan masa depan kita bila masih diberi kesempatan untuk hidup. Walaupun di mata ayah dan ibu kita masih dianggap sebagai anak kecil nya tapi kepribadian dan perilaku kita akan berubah sendiri. Saat saya kuliah usia saya 18-22 tahun, usia ini labil antara masih ABG dan dewasa. Perubahan saya belum terlihat jelas, walaupun terkadang banyak perubahan secara fisik terhadap teman-temanmu dimana telah belajar makeup, berbusana ikutin jaman dan lain-lain.

Tapi ada satu hal yang membuat saya yakin ketika kuliah, banyak dari kita yang belum dewasa seutuhnya, konflik antar teman, nyinyir, musuh-musuhan, dan banyak masalah yang seharusnya bisa diselesaikan dengan merangkul kekeluargaan tapi berakhir runyam.
Kita bukanlah anak kecil yang dimana harus ngomongin teman dari belakang, saya percaya saya sampai sekarang pun sering ghibah. hehe. tapi dari titik tertentu saya juga melihat kebelakang. Bagaimana kalau saya jadi dia. Kesalahan banyak, masa lalu, tak harus kamu perbaiki tapi ulangi lah dengan langkah kebenaran. Yang terbaik memanglah saling memaafkan dan menerima kepribadian orang lain yang berbeda jelas.

Kemampuan saya berkomunikasi memang kurang, saya susah untuk meminta maaf karena saya tak bisa mengatakan dalam suasana apa. Tapi saya selalu merasakan susahnya itu akan teratasi jika dari hati. Pernahkan saya iri hati? ya pernah. Bahkan ketika saya lulus kuliah ini saya sering iri dengan teman saya yang sudah mendapat pekerjaan dan saya masih dengan segala lamaran kerja dan kekurangan saya. Tapi saya salah inilah yang harus saya syukuri, dimana saya malah mendapat teman yang baik di sela pengangguran saya.

Fenomena nyinyir masih dilakoni sampai sekarang? mungkin masih tapi saya harap ini di ttahap menghilangkan. Saya rasa konflik saat kuliah mendewasakan saya, saya merasa sikap teman saya sebagian yang masih kekanak-kanakan, dan itu juga tercermin ke saya. Tuhan memberikan kelebihan dan kekurangan masaing-masing. Saya ingin bersuara tapi saya punya kekurangan yang sulit untuk saya atasi sendiri.

Jika saya sudah dapat mengatasinya mungkin saya akan bilang, "Teman-teman, maafkan saya bila selama ini dari omongan saya dan ghibah saya kesana-kemari menyinggung kalian. Bersikaplah dewasa, kita semua di sini adalah teman (keluarga) bukan berarti kita harus bersaing secara ketat. Ya dunia menuntut itu, tapi taukah kalian bersaing itu akan lebih baik kalau saling merangkul, membantu dan menerima. Bukan dengan cara dari belakang kalian menyusup, bukan dengan cara kalian bersatu hanya karena dia teman saya dan saya tidak akrab denganmu. Lupakanlah."

Kembali lagi ke metamofosa diumur ini 22 tahun. Saya pernah membaca di timeline LINE, dibawah ini adalah isinya. 
Ainur Rafi Satria - Fase hidup umur 22 sampai 25 tahun.

Dimana merupakan tahapan fase umur yang kebanyakan orang merasakan titik fase pendewasaan pikiran dalam hidupnya dalam hal langkah memikirkan masa depannya, yang mana kebanyakan akan berakibat pada kegalauan jika ia tidak dapat menemukan titik temu antara keinginan dan kenyataan hidup yang sedang ia jalani.
Keadaan tersebut diakibatkan karena ia makin dekat dengan umur Quarter Life (25tahun) dalam hidupnya, yaitu sebuah umur dimana ia sudah mendapat pengakuan sebagai orang dewasa dari orang-orang disekitarnya. Kegalauan tersebut juga dikarenakan kamu akan melihat fenomena-fenomena kehidupan teman-temanmu.
Dalam tahapan fase umur tersebut, terdapat dua fenomena yang sering kamu lihat dan rasakan: yang pertama, "serangan undangan" dari teman perempuanmu yang mulai banyak menikah dengan pasangannya yang lebih tua ataupun teman lelakimu yang memberanikan diri untuk menikah muda dengan pasangannya. Dan mungkin serangan yang sama juga akan terlontarkan dari kedua orangtuamu dengan berbagai macam pertanyaan ketika mengetahui anaknya menghadiri acara pernikahan temannya.

yang kedua, kamu mulai akan melihat fenomena pasca dunia perkuliahan yang sedang dijalani teman-temanmu yaitu "study" atau "karir". Ada yang memilih untuk langsung lanjut melanjutkan S2 untuk mengejar profesi tertentu atau memang ingin mendalami ilmu S1nya baik didalam negeri maupun luar negeri, Ada yang sedang mencari kerja dahulu yang terpenting  mencari pengalaman selagi berusaha mengejar mimpi di perusahan/profesi impian, ada yang sudah merasa "pas" dengan pekerjaan yang sedang digeluti, ada juga yang memberanikan diri untuk memilih berpindah tempat kerjaan ke tempat yang ia rasa lebih baik untuk masa depannya kelak mengejar mimpinya di perusahaan tertentu atau melanjutkan studynya kembali. Ada yang memberanikan diri untuk memilih karir diluar ilmu yang dipelajari selama ia kuliah, ada yang memberanikan diri untuk memilih karir sesuai ilmu selama kuliah, namun dengan profesi yang tidak pernah ia fikirkan atau mimpikan sebelumnya pada saat kuliah, ada yang memilih jalan untuk meneruskan idealisme semasa kuliahnya yaitu bejalan dijalan aktivis atau ada yang memilih untuk menjadi pengusaha dengan atau tanpa pengalaman usaha milik orangtuanya.

Dari kedua fenomena tersebut kamu mungkin akan mengalami kebimbangan-kebimbangan dan kegalauan untuk melanjutkan atau memilih perjalanan hidup untuk masa depanmu, sebenarnya kegalauan atau kebimbangan tersebut dikarenakan kamu melihat dunia teman-temanmu sehingga kamu tidak dapat fokus dengan dirimu sendiri, hal yang harus diingat dan dipahami bahwasannya perjalanan hidupmu adalah jalanmu sendiri, kamu harus terbebas dari membanding-bandingkan hidupmu dengan teman-temanmu, karena hanya kamu yang menetahui kebahagiaan atau kepuasaan hidup menurutmu. Karena pada akhirnya semua orang juga akan mengalami titik fase umur tersebut. Point terpentingnya adalah jika kamu berhasil memilih dan menjalani kehidupanmu dengan baik di fase hidup tersebut, kamu akan lebih kuat untuk menghadapi fase-fase hidupmu yang lain di masa mendatang.

Karena kesempatan tidak datang kedua kali, termasuk kesempatan memilih jalan hidup di fase umur 22 sampai 25 tahun, jadi lakukan yang terbaik yang dapat kamu lakukan untuk mengejar apapun yang kamu inginkan.

Bacaan itu membuat saya bercermin pada diri saya sendiri kali ini, dimana fase ini sangat sulit untuk saya lewati. Taukah kamu ketika kamu menempuh sekolah dasar, kamu ingin cepat menuju sekolah menengah pertama, setelah itu sekolah menengah atas, dan disaat itu kamu sangat mengidam-idamkan menjadi mahasiswa. Ketika tahap ini mahasiswa tingkat akhir akan dihadapkan dilema mengerjakan skripsi dan kebimbangan itu membawamu menuju pikiran "gue mau cepet lulus, cepet wisuda" dan cukup. Bukan itu, saya rasa ketika kamu lulus dari wisuda ini bukan akhir kehidupan tapi benar-benar awal kehidupan. 

Pernahkah kalian berpikir ketika menginjak umur ini dan banyak masalah menyertai kita, kita akan bilang "gue pengin balik kemasa kecil, yang tanpa beban" yaa fenomena ini di alami banyak orang, bahkan mungkin hampir 100% merasakannya. 

Yang pertama, saya bahas dari tulisan itu adalah dimana ada teman-teman mu yang memilih untuk menikah. Ya, siapa yang menyangka di umur ini kalian akan menerima bertumpuk-tumpuk undangan pernikahan bahkan ada yang lebih muda dari kamu. Saya merasakannya sekarang. Mungkin pikiran saja belum menuju untuk memilih jalan nomer satu ini, rencana Tuhan tidak ada yang tau. Tapi fenomena di fase ini sangat-sangat banyak terjadi.

Yang kedua, banyak yang memilih jalur karis atau pendidikan. Dimana lulusan sarjana/ diploma setiap tahunnya sangatlah banyak. Bahkan ribuan/jutaan orang, saya merasakan saat saat melamar kerja dimana banyak sekali orang yang melamar dalam satu profesi saja. Belum lagi lulusan SMA. 

Cita-cita saya dulu bukanlah apa yang saya rasakan sekarang, dulu TK, SD, SMP mungkin kalian akan menjawab profesi yang banyak dikenal entah pilot, polisi, tentara, dokter, guru dll. Saat SMA pun kalian pengin jadi pengusaha atau bekerja kantoran. Tapi saat kuliah akan terjadi benturan perbedaan yaitu perusahaan atau BUMN. Tapi ketika lulus, hal ini akan terlupakan sejenak, kalian hanya mengikuti alur bukan keinginan kalian.

Saya merasakannya dimana saya melihat kelulusan saya bukanlah kebahagian hakiki karena saya harus mencari pekerjaan yang layak. Bukan karena saya tidak mau bekerja, tapi saya sudah berusaha diatas kritikan dan omongan orang lain. Itulah kekuatan saya. Awalnya saya berpikir apakah saya harus mengikuti alur saya sesuai jurusan? Ah.. ternyata itu tidak membawa saya dalam kebahagian yang hakiki. Benar. Saya iri ketika teman saya lolos seleksi maupun sudah bekerja, tapi ketika saya pikir lagi hal ini yang membuat saya menjadi galau atau tidak bahagia. Saya terfokus untuk mencari pekerjaan sesuai kriteria dari jurusan saya.

Itulah beban yang seharusnya tidak perlu kita tahu dimana sekarang banyak teman yang bekerja, magang atau membuka usaha yang cukup maju. Loloskan dirimu pada dirimu sendiri, hal ini akan membawa kebahagian tanpa depresi. Sekarang saya mengikuti jalur itu walaupun susah dan banyak yang mengkritisi saya, saya selalu berusaha agar saya bisa menuju pada impian saya itu.

Tuhan gak pernah tidur, dimana kita akan melewati masa sulit ini sesuai kemampuan kita. Janganlah melihat bahkan terlalu kepo dengan apa yang dilakuakan temanmu dibalik media sosialnya, biarkan mereka mengikuti alur mereka dan kita ikuti alur kita. Saya sendiri akan mengikuti jalan saya sendiri, walaupun saya sadar ini sangatlah menyimpang dari jurusan saya. Saya yakin kebahagian saya bukanlah yang harus mengikuti arus terus-menerus. Ketika saya terbawa kedalam karir jurusan, saya akan menerima dengan lapang dan bahagia dengan cara saya sendiri.

Sekiranya ini bukan jaman galau-galauan dimana kamu hanya melihat kebahagian temanmu dari media sosial, yang belum tentu itulah kehidupan nyatanya. Coba renungkan, untuk yang beragama islam mintalah petunjuk pada ALLAH SWT dimana jalan terbaik untuk diri sendiri. Dibalik itu kesuksesan bukan dinilai dari materi yang besar karena kamu berjalan diatas gaji atau perusahaan terkenal tapi dilihat dari kebahagian kamu menjalani karir, hidup, dan pendidikan sendiri.

Bebaskan pandangan orang yang selalu mengkritisimu dengan pembicaraan seperti "Udah umur segitu kenapa belum nikah?" atau "Udah lulus kok belum kerja?" atau lainnya. Benar ini sangat mengusikmu, tapi saya yakin penekanan ini menjadi suatu yang patut menjadi dasar semangatmu. Lupakanlah omongan orang yang tidak mengetahui kondisi mu dan dunia ini, mereka mungkin tidak merasakan atau bahkan belum merasakannya.

21 Desember 2017.






1 komentar:

berkunjung juga yuk!

LATEST POSTS