"Love is Our"
By: Nadhera Fee (N-Fee)
Apa tujuan senyum mu selama ini Ram?
Sebuah pertanyaan yang selalu terjawab : “Karna
ingin membahagiakanmu Han.”
Aku tak pernah merasa sebahagia ini Ram, padahal
ribuan senyum dari orang lain selalu datang pada ku, kau memang
berbeda….
Aku terbiasa berkutat dengan sebuah kegiatan
internet bernama blog. Disinilah semua kegelisahan, kebahagiaan, kesialan pada
diriku, aku curahkan. Avalanches Rose adalah blog ku. Aku telah membuatnya dua tahun lalu. Ketika
aku mulai tak dapat tersenyum kembali seperti dulu. Aku memang merasakan
kebahagian karena sebuah pertemanan dengan Naya, namun ketika sendiri seolah
mulut serta jiwa ini terkunci untuk tak dapat tersenyum kembali. Entahlah….
“Little Cactus? Nama blog apa? Aneh deh Nay!”
“Han, blog itu keren banget! Udah hampir empat ribu
pengunjung yang liat blog itu, bahkan banyak banget komen-komen dari
penggunjung blog setianya tuh, masa kamu seorang blogger sejati malah gak tau
sih?” Pagi itu, Naya membuka sedikit senyum untukku. Aku tak pernah mengerti,
gadis ini selalu terlihat lucu setiap kali dia menggomel, dan aku sangat menyukainya
ketika ia sedang mengomel padaku.
“Hm…” jawab ku singkat. Naya memiringkan kepalanya
kemudian dengan cepat melepaskan earphone
warna merah ku.
“Auch….Naya!.” aku kembali merebut earphone yang telah dirampas Naya, dan meninggalkannya
menuju sebuah tempat dimana aku bisa sendirian. Sendirian seperti biasa…
Tempat ini adalah taman sekolah yang terletak
sedikit jauh dari keramaian aktivitas sekolah, tempat dimana tak ada satupun
siswa SMA Pertiwi menginginkan tempat yang penuh dengan daun kering berguguran.
Tapi aku menyukainya…
Aku menyukainya, sangat. Kenapa? Ditempat ini,
terdapat kebun mawar, mawar merah. Dua tahun lalu, aku tak harus ketempat ini
untuk melihat mawar. Mas Reno, kakak laki-lakiku selalu memberiku. Ketika aku
terbangun, disamping pembaringan mimpiku dia meletakkan setangkai mawar merah
untukku. Tak perlu dua, tiga atau ratusan tangkai yang ku inginkan. Cukup
setangkai, aku bahagia atas apa yang dia beri. Tapi itu dulu…
*****
“Little Cactus? Apa sih bagusnya?” jemari ku mulai
mengetik pada aplikasi smartphone
yang kemarin ku beli dengan hasil menabung selama tiga bulan.
Segera smartphone
ku mendapatkan blog yang Naya katakan beberapa menit lalu. Dalam blog itu,
mempunyai background berwarna putih,
seperti kertas. Simple, itulah kesan
pertama yang ku temui pada blog Little Cactus. Kemudian sebuah foto, foto yang
membuat aku tak habis pikir pada gambar tersebut. Foto itu adalah taman mawar
merah yang ada disamping ku. Foto itu baru diposting sejak satu jam lalu. Foto
yang indah…
*****
Malam itu, aku kembali membuka blog yang telah
mencuri pandanganku sejak delapan jam lalu. Aku memberanikan diri untuk
memberikan komentar pada foto yang sembilan jam lalu ia posting. “Hai, nice photo!” itulah komentar ku.
Aku kembali menurunkan pandangan untuk melihat isi
blog itu lebih jauh. “Kaktus Kecil untuk Sang Mawar” itulah sebuah posting yang
terposting dua hari lalu, dalam foto itu sebuah kaktus kecil dalam lingkaran
mawar. Lagi-lagi mawar-mawar yang melingkar adalah mawar ditaman sekolah. Aku
semakin ingin mengetahui siapa pemilik blog ini.
Tanpa sadar, jam dinding kamar menunjuk angka
sepuluh. Aku segera mengakhiri aktivitas melihat-lihat blog Little Cactus yang
sudah mulai mengusik diriku. Aku segera mematikan ponsel dan naik dalam
pembaringan mimpiku. Aku berdoa pada Tuhan, “nyenyak!” itulah yang ku inginkan
dalam setiap tidur ku.
*****
“Naya..!”
“Gak usah teriak-teriak bisa gak sih Han? kebiasaan
deh kamu! Bikin telinga ku sakit tau.” Naya kembali ngomel dengan lucunya.
“Sorry, aku
pengen tanya nih Nay? Blog yang kamu kasih tau ke aku itu punya siapa?” aku
tetap tampak tenang untuk bertanya pada Naya, aku tidak ingin terlihat sangat
penasaran setelah mengacuhkan Naya kemarin.
“Ehm..aku denger dari anak-anak sih punya anak
sekolah ini juga Han, kenapa? Kamu udah lihat ya?” Tanya Naya yang disertai
senyuman nakal.
“Maaf Nay, sebenarnya iya. Ini pertama kalinya aku
merasa sangat dekat sekali dengan orang yang mempunyai blog itu. Meskipun aku
belum tahu.” Aku bersikap jujur pada Naya.
“Okee..deh gak masalah kalo kemarin kamu bersikap
sok cuek ke aku. Tapi Han, jangan lakuin sikap seperti kemarin lagi. Bukan ke
aku aja, tapi ke semua orang juga. Tersenyum Hana Amelia, kamu lebih cantik
jika tersenyum.” Naya meraih tangan ku seolah telah memberi ku sebuah semangat.
Naya kau ini…
“Maaf Nay, gak segampang itu” itulah kata-kata yang
keluar dari ku. Oh..god!.
*****
Sebuah senyum kecil tersungging pada mulut ku.
Pemilik blog Little Cactus menjawab komen yang aku berikan kemarin. “Thank
you!”. Hanya itulah yang ia berikan, entah mengapa sebuah kata terima kasih
bisa membuat ku tersenyum. Ajaib…
Aku memberanikan diri untuk coment back buat dia. “Kau tau Little Cactus, aku selalu berada bersama
mawar dalam gambarmu itu”. Senyumku kembali mengembang, aku pikir aku akan
semakin dekat dengannya.
Malam ini, sembari menunggu balasan komentar dari
blog yang sudah dua hari ini mencuri perhatiaanku aku kembali memposting dalam
akun blog ku. Aku memposting kedua kaki ku yang berdampingan dengan kaki milik
Kak Reno. Kami berdua saat itu berada pada pantai yang sangat indah. Kami
menghabiskan waktu hanya berdua. Menikmati udara sore hari dipantai nan elok.
Sungguh suasana yang berbeda…
Aku bertanya pada kak Reno, “Kak, bagaimana rasanya
sebuah kecupan?”. kak Reno menenggok kearah ku, aku merasa tak ada sebersit pun
kekagetan ada padanya. Padahal itu sesuatu pertanyaan yang bodoh untuk anak
seusia ku yang memang sedang masa ingin mengenal sesuatu yang orang bilang
cinta. “Kecupan itu seperti ini,..” kak Reno mendaratkan bibirnya kearah kening
ku. Kemudian menatap ku sembari
tersenyum. Aku merasa belum puas atas pertanyaan ku. Aku hanya terdiam, kemudian
ia mendaratkan bibirnya pada pipi kanan ku. Ia kembali menatap ku sembari
tersenyum. Aku hanya menyungingkan senyuman pada sudut bibir ku. Kemudian kak
reno mengubah posisi duduknya lebih dekat dengan ku, dan dia kembali
mendaratkan bibirnya pada ku. Kali ini bibirku lah yang menjadi tempat
pendaratan kecupannya. Aku merasakan kecupan kak Reno sarat akan sebuah
kebahagiaan. Dia mengecup bibir ku hanya 10 detik lamanya. Kemudian ia menatapku
sembari tertawa untuk kali ini.
“Kecupan itu menyenangkan!”. Aku mengatakan hal itu
pada kak Reno yang kemudian berhenti tertawa dan memberikan ku sebuah senyuman
yang ku sukai.
“ Han, kecupan dari ku itu tidak benar-benar membuat
mu bahagia, kecupan yang memang benar-benar membuatmu bahagia itu yang kelak
akan diberikan oleh suamimu tercinta. Jadi jangan izin kan laki-laki lain untuk
mengecup bibirmu selain kakak kandungmu sendiri ini. Mengerti!” kak Reno
kemudian mengusap kepalaku, dan aku hanya memberikan anggukan tanda mengerti.
Ia kemudian membisikkan kalimat “love is
our”.
Sudah dua tahun kecupan dari kak Reno menguap begitu saja dalam benak ku. Kini
kenangan itu kembali terngiang. Aku merindukan kak Reno. Sejak kecil aku hanya
tinggal bersama kak Reno. Ayah meninggal, bunda menikah kembali dengan orang
Korea Selatan dan tinggal bahagia bersama di sana. Aku dan kak Reno hanya
diberikan fasilitas serba mewah dari bunda. Karena suami barunya adalah
pengusaha kaya dari negeri gingseng itu. Bunda dapat memberi aku segala yang
mewah, namun kasih sayang tak pernah ku dapatkan darinya setelah ia memutuskan
untuk menikah kembali. Meski begitu aku bersyukur ia masih menganggap aku
seorang anaknya yang cantik dan baik. Kini aku hanya tinggal bersama Mbok Inah
yang saat ini menemani hidup ku.
*****
“Aku tahu, dan aku selalu melihat mu berada diantara
mawar-mawar itu” itulah balasan dari
little cactus. Aku kemudian memandangi sekeliling taman sekolah dan berharap
dapat bertemu dengannya. Sia-sia aku mencari. Aku tak dapat menemukan sosoknya.
Aku tertidur pulas tepat di bangku taman sekolah dan
telah meninggalkan dua jam pelajaran. Aku mengutuk dalam hati atas apa yang
telah aku lakukan. Aku menyumpal kedua telinga ku dengan earhphone yang bermusik metal kesayangan ku hingga tanpa sadar aku
tertidur dan tak mendengarkan bel masuk.
Ketika aku bangun aku merasakan bahwa sesuatu berada
tepat pada genggaman ku. Mawar merah. Aku mengumam tak jelas “kak Reno disini.”.
Aku yakin sekali bahwa ia disini, ditaman ini bersama ku. Karena setiap aku
tertidur ia selalu memberikan setangkai mawar untukku.
“Udah bangun kamu”. Terdengar suara yang membuatku
kaget. Aku kemudian menenggok kearah suara itu berasal. “Kamu! Kamu yang selalu
bantu aku kan? Waktu itu kamu selalu belain aku dari senior-senior yang galak
saat MOS sampai-sampai kamu yang malah dihukum, kamu bantu aku pas aku dihukum
sama pak Andi buat ngebersihin taman ini, kamu yang bantu aku buat ngerapiin
buku-buku perpustakaan pas aku sedang piket untuk perpustakaan, kamu yang bantu
aku pas aku enggak bawa payung dengan cara nganter aku sampek halte bis dan
kita satu payung berdua, kamu yang bawain tas praktikum aku yang emang
bawaannya berat banget karena aku lagi ngejalanin praktikum yang diharuskan membawa
dua kilogram cassava, kamu yang…..”
“Udah Hana, gak perlu kamu sebutin segala macam
bantuan ku ke kamu” ia yang namanya enggak pernah aku kenal memberikan
senyuman. Senyuman yang sama dengan milik kak Reno, sarat akan kebahagiaan.
“aku akan memperkenalkan dengan resmi sekarang, aku
Rama. Aku tadi ngeliat kamu tidur pulas banget, jadi aku enggak bangunin kamu
waktu bel masuk. Maaf. Dan makasih waktu itu kamu bilang kamu menyukai gambar
yang aku posting diblog ku”.
Ketika itu aku tak dapat menyembunyikan kekagetanku.
Jadi pemilik blog yang selama ini aku kagumi begitu dekat denganku. Bodohnya
aku. Aku tidak pernah merasakan kehadiran seseorang yang harusnya dapat membuatku
tersenyum, tapi aku malah selalu mengabaikannya. Selama ini aku hanya merasakan
kebahagiaan yang kak Reno berikan padaku. Naya, sahabat tercinta ku. Maafkan
aku Nay mengabaikan nasihat mu untuk tersenyum pada siapa pun, aku berjanji
mulai sekarang akan selalu tersenyum pada siapa pun, bahkan pada dunia.
*****
Setelahnya, aku semakin dekat dengan Rama. Aku
enggak menganggap dia sebagai kekasih ku. Aku hanya menganggap dia sebagai
seseorang yang sangat berharga buat ku ,seperti halnya Naya sahabat tercintaku.
Aku juga baru mengetahui bahwa kak Reno lah yang mengajarkan Rama untuk membuat
blog. Kenapa bisa begitu? Apa hubungan kak Reno dengan Rama?.
Rama bilang, kak Reno ingin merasakan mempunyai adik
seorang cowok. Karena ia telah merasakan mempunyai adik cewek yang berharga
buatnya. Kak Reno mengatakan bahwa adik perempuannya itu sangat cantik, lucu
dan baik. Bahkan kak Reno memberikan foto masa kecil ku kepada Rama. Dalam foto
itu, aku memamerkan seluruh gigi ku dan berpose dengan dua jari membentuk peace. Foto itu selalu Rama bawa setiap
ia kemana pun. Berharap akan menemukan seseorang yang bernama Hana Amelia.
Ketika kak Reno meninggal, Rama sedang berada di NewYork untuk berlibur bersama
keluarga besarnya. Tapi yang pasti sebelum kak Reno meninggal, dia telah
membaca e-mail yang dikirim untuknya.
Inti dari e-mail tersebut adalah
jadilah malaikat untukku, yang selalu menjaga dan menemaniku dimanapun, dalam
susah, gelisah, marah dan bahagia.
Kini setiap harinya, selalu ada mawar disetiap kursi
tempat dimana aku duduk ditaman sekolah. Mawar itu tak lagi berwarna merah.
Putih. Itulah pemberian dari Rama yang menyukai mawar putih. Seperti halnya
saat ini, kami berdua membicarakan sebuah hal menarik tentang liburan sekolah
yang tinggal menghitung hari.
Aku menyukai senyumnya pagi ini, senyumnya yang sangat
berbeda dengan orang lain, senyum yang dapat membuat sebuah kenyaman serta
membahagiakan.
*****
“Hana Amelia, kau tau?” Rama mendekatkan dirinya
kearah ku lebih dekat dari biasa dia berbicara pada ku. Kini bibirnya hanya
berjarak lima centi dengan telinga ku, membuat sesuatu yang aneh dalam diri ku.
Dalam hati aku merasa ketakutan, aku takut ia akan mengecup ku mengingat
hubungan ku cukup dekat dengannya. Aku enggak ingin melanggar janji ku dengan
kak Reno. Dalam hati aku bersumpah kalau Rama mengecup ku, aku akan mengakhiri
apa yang selama ini telah terjalin diantara kita. Semuanya. Tapi…
Dia hanya membisikan sesuatu pada ku, sebuah mantra magic dari kak Reno “love is our”.
January,
31th 2013
0 komentar:
Posting Komentar