Sabtu, 09 Februari 2013

[Cerpen] Biarkan Senja Tersenyum


"Biarkan Senja Tersenyum"
By: Nadhera Fee (N-Fee)
 

Dentingan piano yang ku mainkan segera ku hentikan, ketika lamat-lamat aku merasakan ada seseorang yang memperhatikanku semenjak tadi. Aku berdiri dan hendak meninggalkan piano mungil di sudut ruangan di rumah sakit tempat ku berada sekarang. Aku ingin menemui seseorang tersebut. Keinginanku tertahan ketika bunyi ponsel ku berdering tanda adanya sms. “Senja, pengobatannya segera di mulai. Bisa kan kembali ke ruanganmu sekarang?” . Sebuah pesan dari dokter Kristina, dokter yang semenjak kecil telah membantuku memperjuangkan hidup. Kembali aku melihat ke jendela di mana seseorang yang selalu memperhatikanku. Namun sosok itu tak dapat ku lihat kembali.
Kini dokter Kristina telah bersamaku, seperti biasa senyumnya yang khas selalu ia tunjukan padaku.
“Senja, jangan kabur-kabur terus ketika pengobatan!.” Dokter Kris, sapaan hangat ku mencoba menasihatiku.
“Dokter, ini hanya transfusi darah biasa, dan aku selalu merindukan ketika bermain piano di rumah sakit ini.” Senyum mengembang ceria dariku.
“Kau masih selalu merasa ini biasa, ini luar biasa Senja.” Dokter Kris terlihat serius, namun aku hanya bisa tersenyum sembari merasakan sakit, ketika jarum mulai di masukan pada sisi tangan kiri ku.
“Jangan lupa dua minggu ke depan kita bertemu lagi Senja, untuk transfusi darah atau terapi penyakit mu.” dokter Kris mengakhiri pengobatan transfusi darah ku.
*****
Ternyata, di luar rumah sakit hujan. Untunglah ayah selalu mengingatkan untuk selalu membawa payung. Dia adalah ayah terhebat yang aku miliki. Itu terjadi karena ayahlah yang memberikan penyakit keturunan ini padaku. Aku menderita Hemofilia, penyakit keturunan yang mengharuskan aku menjalani pengobatan rutin di rumah sakit. Darah pada tubuhku tidak dapat membeku. Dan aku harus selalu menjaga diri ku agar tidak terkena luka sedikit pun. Karna apabila aku terluka, darah akan selalu memancar dari luka ku, dan terdapat memar biru pada tubuh ku. Belum lagi akibat dari pendarahan  aku sering mengalami anemia yang hebat. Rasanya sakit….
Tanpa sadar aku menangis dalam rintikkan air hujan. Menangisi semua yang terjadi pada hidupku. “Tuhan, beri aku kebahagiaan” suara hatiku menyimpan sejuta harapan untuk sembuh.
“Senja..!”
Suara yang ku kenal, “Ilham?”
“Jangan menangis di tengah rintikan hujan.” Ilham kemudian masuk dalam teduhan payung bersamaku, mengusap dua bulir air mata yang jatuh dari sudut-sudut mata ku.
“ Kau tau, permainan piano mu sangat bagus, dan lihat, aku baru saja mendonorkan darah di rumah sakit tempat kamu berobat. Ini sudah lima kalinya aku mendonorkan darah ku. Aku berharap darah ku dapat berguna bagi siapa saja yang membutuhkan” Ilham tersenyum dan menunjukan bekas jarum suntik sewaktu dia mendonorkan darah, dia memang salah satu kebahagiaan yang Tuhan kirim pada ku.
“Kamu selalu membuntutiku kemanapun aku pergi. Menyebalkan!” Aku mendorong pelan bahunya.
“Karena aku hanya akan  memastikan bahwa kamu tidak akan terluka dan membiarkanmu tetap tersenyum Senja.” Ilham berkata.
 Kemudian, Ilham mengenggam erat tanganku, dan membawa ku berlari menembus rintikan hujan. Dalam lari ku, aku merasa bahwa setiap senyumku ada, karena Ilham. Dialah sang penggerak senyum ku….

November, 12th 2012


0 komentar:

Posting Komentar

berkunjung juga yuk!

LATEST POSTS