"Bertemunya
Pangeran dan Peri"
by: Desintya S Norega (2009)
S
|
ekuncup bunga sakura yang ada di
belakang rumah Kezzi jatuh mengenainya. Tak tau Kezzi sedang apa, karena setiap
harinya Kezzi selalu duduk di bawah pohon sakura. Kezzi memang anak yang
pendiam namun dia baik. Dia sangat pintar dan hobi olahraga, dua bulan silang
Kezzi menjuarai lomba renang dan minggu lalu Kezzi menjuarai lomba lari.
Tak lama
kemudian ia dipanggil ibunya untuk ikut memetik jamur dan dedaunnan yang dapat
dikonsumsi dihutan.
Hidup Kezzi memang tak seberuntung orang lain. Dia
bersekolah di Great Internasional school karena biasiswa. Ayah Kezzi merantau
namun tak ada kabar lagi, sejak berumur 6 tahun Kezzi memang telah ditinggal
ayahnya.
Dengan
keranjang bambu yang di gendong di belakang mereka mencari makanan. Sehari-hari
kegiatan Kezzi hanyalah seperti itu. Ibunya yang hanya pembuat kue tak cukup
untuk membiayainya. Ananta Molly Hefiend adiknya yang masih 9 tahun belum bisa
ikut bekerja. Gandrain Kezzi Hefiend ini tak pernah mengeluh apapun. Keluarga
ini sangat bahagia walaupun hanya tinggal di gubuk kecil seperti itu.
Hari ini
pertama kalinya Kezzi bersekolah di Great
Internasional School.
Pagi-pagi buta Kezzi pergi mencari air di sungai kecil yang ada di belakang
rumahnya. Setelah itu dia berangkat sekolah. Dengan sepeda mini tua berwarna
biru muda dia berangkat. Sesampainya disekolah, Kezzi menuju ruang guru.
“Permisi bu, saya Kezzi Hefiend, yang mendapat beasiswa untuk sekolah
disini”.Guru itu mempersilahkan masuk, “Ya, saya tau, Kezzi nanti kamu akan
berada dikelas 3A”. “Saya akan mengantarmu”.
Dengan
senyum Kezzi sangat bahagia, dia memasuki ruang kelas yang besar. Dan guru itu
mengajaknya masuk kekelas dan mulai bicara. “Baik dengarkan, Disini ada murid
pindahan yaitu Hefiend, coba Hefiend kenalkan dirimu.”
Kaki dan
bulu kudukku gemetar karena dia tak pernah ngomong dihadapan banyak orang,
“Namaku Gandrain Kezzi Hefiend, aku pindahan dari sekolah Huger School, hobiku
adalah Olahraga, lalu pelajaran paling kusukai adalah biologi dan geometris,”
lalu Kezzi berdiam karena tak tau apa yang akan di bicarakan.
“Baik, apa
ada yang akan ditanyakan?”kata guru sambil duduk dikursi.
“Iya ada,
Gue mau tanya apa saja prestasimu dibidang olahraga?” Tanya seorang anak
perempuan berambut kuning emas.
Bulu
kudukku naik lagi, “Aku pernah juara renang, lari, basket, hockey, dan
volley,”lega rasanya.
Anak itu
berdiri lagi dan membentak, “Tapikan lo anak beasiswa dan lo tidak akan juara
lagi dibidang olahraga apapun karena di grup renang ada Snezzy Huptiaen dan Billiam Bout, di
grup lari ada Maichel Knight, di grup basket ada
Hutton Knoqel, Meriem
Jonatan, dan Terri Yufait, di grup hocky
ada Zaidar Jun dan Azumi
Konikqu, di grup volley ada Nero Knoqel, Belcen Hydre, dan pastinya grup itu cowo-cowo keren,
ga mungkin lo bisa ngalahin cowo, dilihat dari tampang lo, lo tuh kelihatannya
lemah,”katanya sinis.
“Cukup
Sely Jynyuany, diam….”kata guru keras “Maafkan Sely ya Kezzi,”kata guru lembut
sambil menunjukan tempat duduk.
Tempat
duduknya ada dibelakang Sely dan sampingnya ada cowo-cowo keren. Kezzi yang tak
banyak omong hanya diam saja melihat-lihat kelas dengan mata takjub. Tak lama
Kezzi melihat kelasnya bel istirahat pun berbunyi. Ting…ting…tong. Kezzi
memasukan bukunya ke tas lalu mengeluarkan tempat makannya. Saat itulah dua orang
yang ada di samping nya datang menghampiri Kezzi. Hati Kezzi gemetar sangat
kencang, saat seseorang cowo mengulurkan tangannya, Kezzi semakin takut dan
gemetar.
“Hi, Aku
Zaidar Jun dan ini Azumi-kun, salam kenal,”kata cowo itu sambil menatap Kezzi.
Kezzi tak
berkata. Tak lama kemudian Kezzi pun bicara. “Hi, namaku Kezzi, oh kamu anak
dari grup hocky yang terkenal di sekolah inikan.”
Dua orang
cowo itu malah saling bertatapan. Dan seeorang cowo bermata sipit pun bertanya
“ Iya, tapi kok tau sih?” Kami hanya terkenal didalam sekolah ini saja,
sedangkan kamu baru pindah.”
“Tau lah
tadi kan
Jynyuany yang bilang, aneh kalian,”kataku sambil menahan tawa sedikit- sedikit.
Dua orang
cowo itu juga ikut tertawa. Kezzi yang lagi makan langsung diajak kedua anak
itu untuk gabung ke klub hockey atau gabung ke Athletics Club. Kezzi
terdiam sesaat dan iya menjawab dengan sungguh-sungguh ia ingin masuk ke klub
olahraga dari semua olahraga.
Dua anak
cowo itu mengajaknya ke ruang osis. Kezzi melihat banyak orang yang sedang
rapat. Kezzi merasa dirinya menggangu rapat itu. Namun kedua cowo yang
megajaknya mengizinkan Kezzi masuk ke rapat itu. Kezzi duduk disamping kedua
cowo itu dan ia diperkenalkan dirapat itu.
“ Maaf,
aku telah lancang membawa cewe ke rapat ini, ini Kezzi Hefiend murid pindahan,
saya mengajukan ia ikut dalam club ini,”kata Azumi.
“Hey
Azumi-kun, disini adalah tempat atlet-atlet terkenal lagi pula ini khusus cowo
semua,” kata seseorang cowo yang ada di kursi pojok.
Semua
malah berdebat, dan itu membuat Kezzi kesal iya hanya merasa dirinya bukan
siapa-siapa namun tak ada yang bisa dilakukan selain diam. Namun tak tau
mengapa lidahnya berbicara sendiri. “stop, aku tak akan masuk sini kalau
membuat kalian malah bertengkar!”. Teriakan keras itu membuat semuanya terdiam.
Dan Kezzi yang tak tau apa yang telah dilakukan, Kezzi hanya meneteskan air
matanya dan keluar dari ruang itu. Menuju teras depan ruang itu, ia hanya
menangis.
Semua cowo
yang ada di ruang osis keluar menghampirinya. Kezzi menghapus air matanya yang
terus mengalir. “ Maaf kami membuat mu jengkel,” Azumi yang merasa bersalah
juga harus minta maaf. Seorang cowo berambut hitam pekat bertanya pada Kezzi
apa yang bisa dilakukan Kezzi dibidang olahraga.
Dangan
menghapus air matanya ia mulai bicara, “ apa saja, karena aku bisa banyak macam
olahraga.”
Cowo
berwajah tampan dan berkulit coklat menghampirinya,” ok-lah, tapi kita harus
dapat persetujuan dari Maichel Knight dulu.”
Sesaat
kemudian mereka memperkenalkan dirinya kepada Kezzi. Dengan senyuman mereka yang
sangat manis meyakinkan Kezzi bisa masuk kesini.” Ini dari grup basket Hutton
2A, Mariem 3B, dan Terri 3D. Ini grup volley Nero 3D dan Belcen 3C. Ini grup
renang ada Snezzy 3D dan Bili 3C. Dan ketua kita dari grup lari ada Maichel
kelas 3B, tolong grup ini laki-laki semua jadi kamu adalah orang cewe yang
pertama kali bisa masuk kesini,”kata Zaidar.
Tak lama
Zaidar bicara dengan anggota club athletics, datang seorang cowo putih, tinggi
dan cool datang dan mengucapkankan sesuatu yang aneh, karena Kezzi anak baru
disitu dia tak tau apa maksudnya “YEOPO GUYS” . Cowo itu berbisik-bisik
dengan Azumi dan Zaidar, tak tau yang dibicarakan Kezzi hanya senyum tak jelas.
Cowo itu menghampiri Kezzi yang sedang duduk di kursi milik cowo itu. Kezzi
hanya terus senyum dan memutar matanya ke seluruh ruangan. “ Hi, Kezzi Hefiend,
selamat datang di club kami.” Sambil meletakan tasnya Maichel hanya mengucapkan
itu. Dengan ekpresi tenang Kezzi mengucapkan terimakasih.
Dalam
hatinya Kezzi berbisik kalau ternyata ketua club ini Maichel yang polos dan tak
seperti yang di bayangkan Kezzi, yang galak, hitam, brewokan, dan njengkelin.
Tapi Kezzi jadi tambah tenang kalau lawan larinya Cuma cowo polos. “ Katanya
kamu anak beasiswa yang jago mata pelajaran apa aja dan olahraga apa aja?” kata
cowo itu yang mengambil soda dari kulkas kecil yang ada disamping Kezzi duduk.
Yang lain telah selesai rapat jadi mereka hanya ngobrol-ngobrol saja. “ Iya
sih, tapi aku tak terlalu bisa dalam mata pelajaran Aljabar mathematic dan
olahraga sepak bola.” Cowo itu memberikan sekaleng soda lalu memberikan ke
Kezzi. Karena bel istirahat telah usai semua anak club kembali kekelasnya
masing-masing.
Matahari
sudah semakin panas di ujung kepala, dengan tas ransel bermotif bunga sakura
Kezzi pulang. Dua anak hockey itu menahan Kezzi untuk tidak pulang dulu karena
Kezzi ditantang Maichel untuk lari. Dengan semangat Kezzi menerima tantangan
itu dengan senyuman, Kezzi pikir gampang mengalahkan Maichel karena anak polos
bisa dikalahkan.
Sesampai
dilapangan yang luas Kezzi ditantang, rumput luas udara segar dan pohon-pohon
hijau yang besar menutupi lapangan luas itu. Dengan sepatu faforitnya, ia lari
santai sekali tapi Maichel lebih cepat darinya. Dengan kekuatannya ia melangkah
lebar dengan kakinya yang bagai atlet terkenal ia melangkah cepat hingga
melewati Maichel yang kecapekan. Sampai digaris finis, ternyata Maichel hanya
ada dua kaki dibelakangnya. Nyaris banget Kezzi kalah. Dengan nafas ngos-ngosan
Maichel mengucapkan selamat kepada Kezzi. “ Selamat, ini pertama kalinya aku di
kalahkan cewe.”
“Sama-sama,
ini pertandingan yang sulit karena tak pernah aku secapek ini,” kata Kezzi
sambil minum air mineral yang di berikan Maichel kepadanya.
Dengan
sepedanya ia pulang kerumah sendirian. Kezzi menceritakan hal itu pada ibunya,
sambil mengepel lantai yang rapuh. Ibunya senang karena anaknya nyaman
bersekolah di situ. Dengan kepandaiannya ibunya sangat bangga dengan Kezzi.
Karena tanpa uang dia bisa sekolah dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Kezzi
bahagia bila ia telah masuk club disana. Apa lagi disana banyak pangeran-
pangeran sekolah yang terkenal. Dan dia jadi lebih berani menghadapi hal dan
tak jadi pendiam lagi.
“Ma,
disana aku masuk club olahraga,”kata Kezzi sambil memeras kain pelnya.
“ Wah
hebat, gimana temen-temenmu?”kata Ibu Kezzi.
“Iya
disana aku berteman dengan cowo club yang terkenal,”kata Kezzi senang.
Walau
hidup Kezzi tak semewah seperti yang lainnya namun Kezzi tak malu bila ia
bersekolah karena beasiswa. Karena hari mulai gelap Kezzi harus cepat-cepat mengambil
air di sungai untuk memasak nanti malam. Namun saat ia mengambil air ia melihat cahaya yang ada
diatas pohon. Kezzi penasaran dengan cahaya itu, lalu ia memanjat pohon itu dan
sampai diatas Kezzi melihat seorang peri kecil yang sedang menangis. Hatinya
berdetak…dam…dek…dek
***
cerita geje dari diriku sendiri, geli kalau baca karya SMP. Aku nulis ini gara-gara nonton Spiderwick kalau gak salah. Kayaknya asyik buat karya fiksi tentang hal-hal yang bisa masuk hati tapi jarang dapat dilogika untuk para awam. Makasih untuk kesempatan membaca ini, untuk cerita saya rasa kurang menjamin untuk dibaca. harap maklum dulu baru belajar membuat untuk pertama kali magis fiksi.
Made 26 Juni 2009
Share 14 Februari 2013
0 komentar:
Posting Komentar