Rabu, 16 Mei 2012

[Cerbung] Alexandra - Suka Benci Suka Malu part 1

Suka Benci Suka Malu
Part 1

Tak terasa waktu begitulah cepat, sekarang umurku sudah 15 tahun sudah. Selama ini aku hidup dibumi yang sudah mulai hancur sedikit demi sedikit. Hatiku mulai remuk ketika aku melangkahkan kakiku kebangku SMA. Walau aku lulus dengan nilai tertinggi disekolah tapi aku tak sepuas itu. Guru dan sahabat serta temanku memberikanku pujian, yang malah tambah menyiksa hidupku ini. Aku merasa runyamlah sudah nasib seorang putri pemilik perusahaan tekstil terkenal dari pulau terutara, terselatan, terbarat, tertimur dan penjuru Negara di Asia Tenggara.
Aku sekarang memang masih tinggal lengkap dengan keluarga kecilku, dari Ayah, Bunda, kakak laki-laki dan seorang adik laki-laki yang tak terpaut lama usianya denganku. Sesungguhnya aku bahagia bersama mereka, saat mereka bercanda dan tawa diruang keluarga bersama-sama. Tapi semua itu hilang ditelan oleh racun-racun yang mengerogoti tubuh manusia, racun ini bermula dari Kakak Laki-lakiku Alex, dia sudah terpengaruh teman-temannya yang tak wajar sama sekali, ia mulai merokok, mabuk, ke club sampai malam, dan tak pernah dengar kata Ayah dan Bunda. Hingga Ayah dan Bunda dipanggil kesekolah
Kak Alex, namun sebenarnya ini sudah lama berlangsung sekitar 2 tahun yang lalu. Alex telah berubah dan memang ia sudah sadar dari lubuk hati, tetapi Ayah dan Bunda terlanjur tak percaya lagi dengan Alex. Namun masalahku bukan itu tapi alasan lain yaitu aku tak bisa bergaul dengan berjuta teman sehingga aku merasa kecil.
Masalah kedua adalah munculnya sosok perempuan muda yang dianggap selingkuhan Ayah, namun kasus itu hanya berlangsung 2 minggu saja, dan hari berjalan normal.  Setelah merasa lega aku hanya berdiam sambil merenung. Sudah setahun ini Ayah dan Bunda pergi keliling Asia untuk memperkenalkan kain batik disana. Aku hanya tinggal dirumah yang besar ini dengan 2 orang saudaraku dan 2 pembantu,  2 supir, dan 2 satpam bayaran Ayahku.  Leo adiku yang masih SMP selalu saja bermain dengan teman-teman sekolahnya. Sampai-sampai ia tidak pernah bermain dengan Kakaknya, harinya hanya untuk bermain sepertinya ia memang kesepian karena orang tuanya sendiri tak pernah ada di sampingnya (seperti kurang perhatian). Hanya Alex yang bisa aku ajak curhat, ia selalu mendengar ocehan burung yang berkicau dipagi hari. Sepertinya ini yang jadi masalahku, dunia ini agak sepi dan kacau. Dari sekian banyak orang didunia hanya Alex yang mendengarkan curhatan dan melepas kesedihanku ini. “Alex lex, kak.. kakak..,”kata suara yang melengking, suara itu mendekati ruang berpintu putih dan berstiker Rock is never dies. Seorang pria muda berambut gaya korea dan dipadu dengan kulit putih yang tak mesti dimiliki oleh seorang keturunan Jawa, membukakan pintu itu dari dalam ruangan.
“Sandraaa, udah gue bilang kalau panggil gak usah kenceng-kenceng, ini bukan hutan,” sambil membuka pintu, Alex yang mempunyai wajah yang menurutku ganteng untuk ukuran kakak.
Kakiku tanpa terasa berjalan masuk menuju kamar Alex yang menurutku rapi bagi ukuran cowok. “Kakak, rumah ini emang hutan, sepi dan senyap,”kataku dengan berjalan menuju tempat tidur, dan aku merasa nyaman setelah mengeletakan tubuhku kesitu setiap curhat dengan Alex.
Setelah beberapa detik berdiam.
Aku segera duduk sambil memajukan mulutku. “Tapi San, gue mesti denger kalau panggilnya pelan-pelan dan kamu ketuk pintu, anak jelek,”Alex yang tadi ada didekat pintu segera menutup pintu dan mendekat ke aku sambil mengelus rambutku.
“Yeah My Brother, tapi jangan panggil aku jelek dong, aku kesini bukan untuk dihina tapi aku ingin curhat sama kakak,”kataku dengan mengomel pada Alex yang duduk disampingku dengan memegang handphone yang tadi ia singkirkan sebelum ia duduk.
“Iya Maaf anak cantik, memang ada masalah lagi,”kata Alex dengan tak rela menyebutku cantik sama sekali. Tapi tak apalah ia masih mau mendengar curhatku dan memberikan solusi dengan baik sehingga aku nyaman dan tenang setelah semuanya kutumpahkan darah padanya.
Namaku Alexandra Ayu Ningsih, aku mempunyai two my love brother, Alexander Banyu Pranata dan Leonard Banyu Adiguna. Tapi aku biasa dipanggil Sandra atau Lexa. Aku anak kedua dari tiga bersaudara, dan aku adalah perempuan sendiri. Teman-teman saat aku SMP selalu mengataiku pemalu dan pendiam, menurutku semua yang ada dikelas mungkin ada yang tak kenal denganku. Aku sempat mengikuti pemilihan model sampul majalah, namun aku di diskualifikasi karena aku bersikap tidak sopan dikarantina asrama. Tapi menurutku wajar saja, menolak ajakan untuk berdandan yang membuat muka kaku dan kering itu. Semua orang memang selalu tak menyadari kehadiranku karena aku pendiam, namun hanya satu orang yang mengerti dan paham, Bu Aziza guru Lukis di SMP, ia selalu bilang aku itu sangat cantik dan manis, mukaku alami tanpa polesan walau ada satu dua jerawat dipipi. Aku termasuk tinggi juga dan mungkin ideal, dengan tinggi 166cm dan berat 49kg mungkin bagus juga untuk ukuran wanita yang kukira masih bisa tumbuh dengan usia masih muda. Nilaiku juga tak separah atau seburuk itu, memang aku selalu jadi juara, tapi sebenarnya aku ini sangat malas dengan belajar. Hidup dipenuhi buku tanpa gambar berwarna. Dulu aku bersekolah di SMP yang sangat mahal dan terkenal sekali olahraganya. Namun setelah lulus SMP aku ingin melanjukan ke sekolah Kak Alex dulu bersekolah, SMA Matahari yang tak jelek maupun bagus, sekolah rata-rata ini adalah sekolah yang bukan kuinginkan. Tapi hanya sekolah ini yang bisa menerimaku, karena tanpa seorang orang tua, mana bisa sekolah yang terkenal bisa kumasuki. Uang yang diminta sekolah-sekolah bertaraf pintar itu membuat geli, kecuali SMA yang menurutku tak mengharapkan uang dan hanya mengharapkan prestasi dari murid-muridnya saja.
“Udah deh, San, gue tau kamu gak bisa kalau meninggalkan sahabatmu yang bisa mengerti kamu atau Bu Aziza yang baik itukan.”Kak Alex melemparkan pandangannya ke aku dengan senyuman penuh solusi, padahal tadi ia memainkan handphone tapi ternyata ia mendengarkan keluhanku. Itu yang kusuka darinya.
“He..em, cari teman yang ngerti keadaanku yang ada dalam penjara luas ini memang susah kak.” Aku mengeletakan  tubuhku ke tempat tidur sambil mengambil boneka babi pink, itu adalah pemberianku saat Kak Alex ulang tahun. “Aku merasa, bakalan tambah sepi, di SMA ini tanpa mereka.”
“San, coba deh kamu berubah! Kamu harus berubah mulai SMA ini, kakak yakin pasti bisa.” Kak Alex menoleh ke aku dan mulai tersenyum. “Tiffany juga gak sempurnakan, ia juga ada masalah dengan orangtuanya dia ditinggal sejak kecil disini tapi ia kuat-kuat saja. Anna dia tidak cantik tapi dia pede untuk berteman. Selena dia cantik namun tidak pintar, tapi dia tidak malu dengan ketidak pintaranya itu. Andrea cewek kutu buku yang ditinggal ayahnya sejak ia kecil, dan Jessica cewe bertubuh gendut dan punya masalah dengan mukanya itu, dia juga bisa mengelompokan diri dari teman-temannya.” Kak Alex juga mengeletakan tubuhnya di dekatku.
“Iya sih kak, tapi aku juga kurang dalam hal bergaul dengan teman.” Aku sempat berdiam untuk menarik nafas. “Kak, apa nanti aku bisa berubah?”
“Pasti bisa, tak ada yang tak bisa, kamu cantik, pandai, dan punya keahlian melukis.” Kata Alex yang membuat aku lebih pede. “Gue yakin kamu pasti bisa San.” Kak Alex menoleh ke tempatku dengan senyum, dan aku juga menoleh kearahnya sambil tersenyum dan bangga punya kakak sepertinya.

to be continuous...

By Desintya Sari Norega

Iseng-iseng nulis aja.. Dari pada bad mood^^ aku selalu bikin-bikin cerita gak jelas kalau lagi ada waktu luang. Cerita ini muncul setelah aku melihat sebuah drama korea, kehidupan yang begitu nyata membuat aku masuk kesana, sehingga pikiranku sampai kecerita yang gak nyambung juga dengan drama korea yang aku tonton (: Trimakasih untuk yang sudah membaca.

0 komentar:

Posting Komentar

berkunjung juga yuk!

LATEST POSTS