Rabu, 16 Mei 2012

[Cerpen] Hatiku di Gubuk Sahabat part 2


Hari ini adalah hari dimana pemakaman Ibu Anne. Lisa menangis dibalik kaca mata hitam yang menutupi matanya. Sedangkan Anne berusaha tabah dengan ini, Ia menaburkan bunga dengan tangan dan bibir yang bergetar. Pak Umar yang mengantar Lisa berada dibelakang dengan membawa payung hitam yang besar untuk melindungi Lisa dari panas matahari yang saat itu sangatlah panas.
Tak disangka, Ibu Anne telah tiada. Diluar tempat pemakaman Lisa memeluk Anne untuk menegarkan hatinya yang mungkin sakit, karena Ibunya adalah satu-satunya keluarganya. Lisa yang masih menangis, tiba-tiba ditarik dari belakang oleh bodyguard ayahnya. Disampingnya ada Ayahnya yang mengeluarkan tampang marah dan kesal. Tiba-tiba tamparan diterima Anne, Lisa yang ada disana tak terima dan berusaha lepas dari genggaman bodyguard. Anne hanya mengalihkan pandangannya tanpa berkata sepatah katapun.
“Saya peringatkan pada Anda, jangan pernah memanfaatkan anak saya, anda tak sedrajat dengan kami, anda tak berhak berteman dengan anak saya,”kata Ayah Lisa menunjukan wajah tak senang.
“Maaf, saya tak bermaksud seperti itu, memang….,”kata Anne dengan memegangi pipinya yang terkena tamparan dan kata-katanya terpotong dengan hentakan Ayah Lisa.
“Hehh, saya tau mau Anda apa?” kata Ayah Lisa dan melempar uang kemuka Anne.
Anne merasa direndahkan, Ia pergi dari hadapan Ayah Lisa tanpa berkata. Ia tak mengambil uang itu berapapun. Di jalan Anne hanya berguman dengan mulutnya yang bergetar dan menyanyikan lagu yang sering ia nyanyikan dengan ibunya.
Dua bulan berlalu, Anne tak penah lagi bertemu dengan Lisa setelah kejadian dipemakaman Ibunya. Hatinya sudah panas dan marah saat itu. Suatu hari Pak Umar datang kerumah Anne dengan baik-baik. Pak Umar menyampaikan bahwa sekarang ini Lisa sedang terbaring koma dirumah sakit dan Ia mengigau dan menyebut nama Anne. Pada awalnya Anne tak percaya, tapi Ia yakin Pak Umar tidak bohong. Pak Umar membawa Anne kerumah sakit dimana sekarang ini Lisa sedang terbaring tak sadarkan diri. Anne hanya bisa melihat dari jendela pintu kamar tempat Lisa berbaring melawan rasa sakit. Pak Umar mengatakan sesuatu pada Anne, bahwa Nona Lisa sejak kejadian itu sudah meninggalkan obat-obat penahan rasa sakitnya dan selalu membantah perintah ayahnya. Lisa sangat marah dengan Ayahnya yang egois.
Saat Anne akan pulang kerumah, Ia melewati pintu loket pembayaran. Tidak disangka ia melihat Ayah Lisa sedang bicara dengan dokter, dan dia menguping sedikit pembicaraan dokter itu. Dokter menyebutkan bahwa Lisa butuh pendonor hati dengan segera, kalau tidak nyawanya tak bisa diselamatkan. Anne mendengar itu langsung merasa Iba pada Lisa yang selama ini sangat baik dengan keluarganya itu. Setelah Ayah Lisa menghilang dari hadapanya dan ditinggalkannya dokter itu sendiri. Anne menghampiri dokter itu dengan bertanya sesuatu.
Ayah Lisa mendengar kabar bahwa rumah sakit telah mendapatkan transplantasi hati untuk operasi pencangkokan hati anaknya. Ada yang rela mendonorkan hatinya, tapi pihak kedokteran belum bisa menyebutkan pendonor itu. Akhirnya Lisa di operasi, operasi berjalan sukses. Lisa yang sudah sadar dari komanya, mulai membuka matanya dan melihat bahwa disekitarnya dikelilingi beberapa orang dari keluarganya dan seorang dokter.
“Ayah, Bunda, Lisa dimana?”kata Lisa masih lemas dan matanya terasa masih berkunang-kunang.
“Lisa, sekarang ini ada di rumah sakit sekarang,” kata Bundanya yang menatap anaknya dengan penuh haru bahagia.
“Lisa ayah minta maaf, Ayah hanya memikirkan diri ayah sendiri. Hari ini kamu sudah selesai di operasi,”kata Ayahnya dengan membelai rambut anaknya.
“Operasi, siapa yang mendonorkan hatinya untuk aku, aku mau berterima kasih Ayah,”kata Lisa dengan mengenggam tangan Ibunya.
“Ayah kurang paham nak, Dokter tidak mau memberi tahu Ayah dan Bunda atau siapapun?”kata Ayahnya.
“Dokter, kumohon beritahu siapa yang telah mendonorkan hatinya untuk aku?”kata Lisa dengan sedikit memohon pada dokter.
Dokter menjawab dengan penuh rasa bersalah karena dia telah janji bahwa tak akan memberi tahu, tapi lihat wajah Lisa yang memohon pada dokter itu, “Anak itu datang sekitar sehari sebelum Lisa di operasi, ada anak seumuran Lisa datang dan Ia langsung ingin diperiksa, setelah hasilnya bagus dia bilang ingin mendonorkan hatinya untuk Nona Lisa, namanya ehmm… seingat dokter sih Anne.”
“Anne!”kata Lisa dan Ayahnya terkejut.
“Iya, tapi dia kabur setelah dioperasi tiga hari yang lalu,” kata Dokter menjelaskan hingga detail.
Lisa menatap Ayahnya yang langsung merasa bersalah karena telah menyalah-nyalahkan serta menghina Anne. Sehari setelah ia tersadar dari komanya ia menuju ke rumah Anne yang tak lain dibawah jembatan yang pernah terbakar itu. Di dalam rumah Anne telah dihuni orang yang berbeda. Orang itu tak tahu penghuni yang lama rumah ini, Ia hanya cerita, bahwa dua hari yang lalu rumah ini sudah tidak dihuni lagi. Lisa masih mencari keberadaan Anne. Ia tanya kepada tetangga Anne yang tinggal disebelah rumah Anne.
“Permisi, Ibu kenal anak yang tinggal dirumah sebelah, namanya Anne?” tanya Lisa dengan tersenyum pasif dan gelisah.
“Ah, iya, adik mencarinya ya, aduh dek percuma..”kata Ibu itu dengan mengendong anaknya.
“Kenapa bu?”kata Lisa semakin gelisah.
“Anne sudah meninggal dua hari lalu, ibu tak tau kenapa? Tapi setahu ibu dia sakit dibagian dadanya, tiga hari lalu ia pulang dengan wajah yang puncat pasif, dan setelah itu keesokan harinya ia ditemukan sudah tak bergerak didalam rumahnya,” cerita Ibu itu dengan gaya mengendong anaknya.
Lisa tak kuat dengan cerita Ibu tadi, Ia merasa bersalah dengan hal itu. Pak Umar dan Ayahnya mengantarkan Lisa ke pemakaman dan ia melihat batu nisan bertuliskan nama Anne disana. Lisa sudah meneteskan air matanya. Ia menatap makam itu dengan penuh rasa bersalah. Tapi Lisa sudah tidak bisa mengubahnya lagi, ini sudah tak bisa di ulang lagi. Ayah Lisa menenangkan Lisa yang menangis diatas gundukan tanah yang masih basah. Walaupun batu nisan telah memisahkan kehidupan dan persahabatan Lisa dan Anne, tapi hati mereka bersatu di dalam tubuh Lisa. Lisa memegang didepan hatinya dengan menangis haru dan berkata, “Walau kita berpisah dan tak akan pernah bertemu, hatimu berada di hatiku selamanya sahabatku tercinta.” 
~THE END~
By Desintya Sari Norega 
Karya ini adalah sebuah tugas bahasa Indonesia saat aku masih kelas 1 SMA, mungkin kekurangannya banyak karena ini cerpen ngerjainnya mendadak. Pagi dikumpul malamnya baru buat =] SKS (Sistem Kebut Semalam)hehe. Tapi cerpen ini sudah pernah di pakai buat lomba MADING, katanya sih menang! tapi aku gak tau pasti (: Oke Trims yang mau ngeluangi waktu untuk membaca.

0 komentar:

Posting Komentar

berkunjung juga yuk!

LATEST POSTS