Suka Benci Suka Malu
Part 2
Hari
ini hari cerah, Ini adalah hari pertama aku masuk sekolah ku dan menjalani masa
SMAku mulai dari sekarang. Mataku tertuju pada motor yang ada digarasi, tapi
Alex malah menyambarnya untuk berangkat kekampus. Mukaku yang semangat berubah
jadi muram mendung. Aku menuju ke arah Alex dan mengetakan kaki ku yang belum
memakai sepatu.
“Kak
Alex, aku mau pakai motor ini, akukan udah SMA jadi boleh dong pakai motor,
Kakak pakai mobil deh,” Aku berkata seperti mengusir. “Ayolah Kak, pakai deh
mobilku, atau kakak pakai saja mobil yang VW milik ayah, atau mobil merah Jambu
milik ibu.”
“Enggak
mau gue, gue kakak kamu! Gue wajib jaga kamu, karena adiku adalah yang paling
aku sayangi, atau kamu sama Leon naik mobil dianter Pak Ujang.” Alex menyahut
sambil mengeluarkan motor dari garasi terbuka itu dan menyalakannya.
“Gue
bilang enggak ya enggak, kamu gue anter.” Kata Alex menoleh dengan pandangan
yang menyudutkan.
Aku
hanya diam tanpa berkata, malahan Alex mengetak sekali lagi dan menyuruhku
pakai sepatu. Memang akhir-akhir ini setelah ia terpengaruh pada hal-hal yang
dulu sempat menimpanya itu, sikapnya jadi over banget ke aku. Seperti dia
selalu melarangku bergaul pada cowok-cowok maupun cewek-cewek centil yang tak
baik atau pada hal-hal yang tak dibutuhkan. Dia seperti bodyguard seorang putri,
dan melarang semua yang ku perbuat menurut peraturan salah. Walau sifatnya
seperti itu aku tak pernah marah atau menyesal mempunyai kakak seperti dia,
kehidupanku hanya tau soal kakak dan adikku. Yang lain hanya sebagai selir hati
saja, yang bisa lepas dari genggamanku tanpa aku sadar. Mata kakakku menatapku
seperti aku ini bak kekasihnya, tapi itu tanda ia sayang pada adiknya. “Iya
deh, terserah kakak, aku dianter saja.” Aku yang tadi memakai sepatu lalu naik
dibonceng kakakku yang paling aku sayang.
“
San, nanti sikapmu buatlah manis, dan jauhi cowok-cowok gak berperasaan dan
rubah sikapmu supaya kamu dapet teman. Ingettttttt.” Kata Kak Alex dijalan
dengan menarik tanganku untuk berpegangan padanya.
“Heh,
Iya aku inget kok, semua kata-kata kakak aku simpan dalam otakku,”kataku dengan
cemberut. “Kak, Lisa pacar kakak yang baik itu kenapa gak pernah main kerumah lagi.” Kataku memotong perkataan
yang lagi dibincangkan.
“Hah
Lisa, dari mana kamu kenal dan tau dia pacar aku, kenapa bisa tau?” Kak Alex
cangung dan merasa tak nyaman. Alex bagaikan makanan yang tertelan. Yang pasrah
untuk masuk dan dihaluskan ke pencernaan. Aku hanya tertawa dalam hati,
seandainya aku melihat wajahnya yang ditutup helm itu.
“Kak,
Lisa tu dulu setiap hari main kerumah, padahal kakak gak ada dirumah, ia bawain
coklat untuk Leon ma Sandra, Ayah dan Bunda juga tau kok? Tapi malah saat itu
kakak pulang malam terus.”
Alex
semakin aneh, sampai-sampai ia mempercepat laju motornya yang tadi dengan
kecepatan 40km/jam sekarang bisa saja 70km/jam. Hahahaha barang kali, tapi gak
tau juga. “Udah deh, gue males bicara soal dia lagi, dia pindah sekolah saat
kenaikan kelas saat gue kelas 3, sampai sekarang gak pernah ada kabar dari
dia,” Alex merasa udah disakiti, aku tau itu. Perasaan kita tu kayak menyatu,
bagaikan amplop dan prangko karena kita adik kakak.
“Kak
Lisa, udah putus dengan kakak, wah sayang sekali, padahal kuharap kak Lisa bisa
jadi kakak iparku.” Aku melepas pegangan tanganku yang masih dipegang paksa kak
Alex.
“Sandra,
kita gak putus, tapi dia Cuma ninggalin gue aja? Puasss…”kata Alex dengan
marahnya dan seperti sensitive tidak seperti biasanya.
Diperjalan
setelah Kak Alex marah, tak ada yang diperbincangkan lagi. Sepatah katapun tak
keluar dari mulut kami selain suara ku bernyanyi sendiri, dengan mendengarkan
music di i-pod yang kunyanyikan adalah lagunya Lady Gaga, lagunya tuh seru dan
asyik bikin hati tuh tenang dan senang. Sesampainya didepan sekolahan yang gak
bagus dan gak juga mewah aku berdiri dan turun dari motor. Kak Alex hanya
membuka tutup helm, tanpa jelas ia memandang sekolah lamanya dulu. Pasti
benaknya sangat ingin dan kangen disekolahan di masa SMAnya ini. Tapi tunggu
kenapa para kakak kelas atau panitia MOS itu memandangiku seperti mereka gak
seneng atau seperti artis yang digosipin. “Kak Alex, kenapa sih orang-orang
itu?”
Alex
yang tadi diam, langsung mengucapkan sesuatu yang terlontar dengan seperti tadi
tidak ada masalah saja. “Mereka itukan kasih kamu salam sapa, paling?” Alex
langsung menghidupkan motornya dan mengelus kepalaku dengan lembutnya. Dan Alex
mulai melaju dengan melambaikan tangannya padaku. Dan aku kembali melambaikan
tanganku. Saat aku berbalik badan dan ternyata para kakak kelas melihatku sadis.
Aku yang hanya murid baru menundukan kepalaku kebawah. Tanpa sadar aku telah
masuk dan menuju lapangan untuk upacara pembukaan.
Diupacara
ini aku barisan akhir, karena badanku yang tinggi, aku berjajar dengan gadis
yang lebih tinggi denganku. Namanya Rebecca Austin, bukan aku kenal baik dan
akrab dengannya. Tapi di seragamnya bertulis namanya. Dan dibelakang sudah
barisan cowok-cowok. Walau di SMA murid cowok hanya 8 orang saja untuk kelasku.
Oh yaa saat penerimaan murid baru aku sudah langsung dibagi kelasnya. Tau atau
tidak aku ada dikelas X.1, disini aku masih cangung dengan teman-temanku. Ada
satu orang yang mengajakku berkenalan, Namanya Aurora, dia dari SMA swasta yang
ada tak jaauh dari sekolah ini. Gadis itu yang dapat langsung akrab denganku.
Kembali ke kelas, kenapa hanya ada sedikit laki-laki dikelas ini, karena memang
laki-laki tak banyak yang melanjutkan ke SMA mereka suka mengambil jurusan di
SMK. Sampai-sampai aku hafal semua murid cowok dikelasku ini dari Johan, Casper,
Antony, Lucky, Justin, Herman, Richard, dan Juan. Tapi entah mengapa aku
gak berkenalan langsung dengan mereka. Aku menghafal nama mereka dari absensi.
“Stttstt,
San, Sandra…Are you oke?”kata suara dari depan barisan, itu adalah Aurora yang
dari pendaftaran mengenalku. Aku hanya menoleh kepadanya dari lamunan dan
mengangguk. Tapi tiba-tiba terdengar dari belakang memanggil namaku. Aku
menoleh ternyata mereka bukan memanggilku tapi memanggil seorang cewek mungil
berkucir kuda yang ada didepanku. Memang namaku dengannya hampir sama dan
malahan bikin pusing orang. Namanya Andra Eva Jenifer, yang tertulis pada bad
di bajunya itu. Ya Tuhan kenapa sih orang-orang gak ngajak aku ngobrol. Tapi
aku menatap Rebecca dan mulai berbicara padanya.
“Maaf,
Boleh kenalan gak? Aku Sandra,”aku mengulurkan tangan kepada cewek hitam manis
yang tinggi itu. Dan dia tersenyum padaku tanpa ragu dan bersemangat.
“Gue
Rebecca, elo murid dari SMP mana, kok seragamnya asing yaa?”kata Rebecca
menjabat tanganku dan bertanya. Aduh, sekolahku seharunya terkenal dong,
sekolah mahal masak gak ada yang tahu. Pikiranku seperti merasakan sekolah ini
ndeso, tapi enggak sekolah ini masih masuk kawasan kota. Oh yaa hari ini
upacara memakai baju identitas masing-masing, dan baju identitasku adalah baju
sailor dengan blazer hitam dasi merah dan rok hitam bermotif kotak. Sedangkan
baju identitas yang dikenakan mereka adalah batik dan juga Kemeja dengan lengan
panjang serta rok putih dan berwarna gelap. Wahh, ternyata mereka memang tak
ada yang dari sekolah bertaraf mahal sepertiku.
“Aku
dari SMP Kartini, atau SMP Negeri 4, memang asing dengan seragam seperti ini
ya?”kataku memandang Rebecca.
“He..em,
SMP itu ada dikota pusatkan? SMP yang bagus ya?” Rebecca menjawab dengan
senyuman manis. Wajah Rebecca memang hitam manis dan rambut lurus direbonding
sehingga agak-agak merah. Badanya tinggi kira-kira 4 cm lebih tinggi dari aku.
Dan badanya lebih berbentuk. Walau kalau dia diam tanpa tersenyum mukanya sadis
banget.
“Iyaa,
tapi gak bagus juga kok, mereka hanya unggul dalam harga saja, tapi lihatlah
prestasi yang hanya rata-rata di nasional, oh ya kamu dari SMP mana?” Kataku
dengan kembali senyum padanya, dan aku baru kali ini berbicara panjang lebar
pada orang yang aku kenal.
“Ohh,
gue dari SMP Sanabakti yang tidak jauh dari sini sih, paling 3 km dari
sini.”Katanya dengan kembali mendengarkan amanat upacara yang bikin telinga
bunek.
“Ehmm,
itu SMP berstandar SI-kan, wahh hebat yaa?”kataku dengan bercak-bercak kagum
gitu. Aku dari dulu ingin banget masuk sekolah yang berstandar SI, tapi apa
coba Ayah dengan Bunda malah menyekolahkanku ke sekolah yang mahal banget. Dan
disana teman-temanku hanya yang bisa ngerti aku saja.
Obrolan
kami mulai tak didengar setelah beberapa saat. Aku mulai mendengarkan amanat
dari kepala sekolah yang seperti burung berkicau yang tiada hentinya sama
sekali, malahan suaranya lebih berisik dari pada burung berkicau. Dengan
merasakan panas terik matahari yang ku rasakan ini, tubuhku seperti
mengeluarkan air yang sangat deras, keringat ini membasahi rambutku yang ku
kucir kuda dengan poni didepan. Dan lihatlah para cowok yang ada di belakangku,
mereka mulai mengeluh dan upacara itu berubah agak rebut. Namun tiba-tiba
amanat yang sudah setahun lalu di bacakan selesai juga, kukira kalau tadi aku
tulis bisa jadi novel berseri.
Upacara
yang sudah selesai, para siswa baru memasuki kelas masing-masing. Walau aku
merasa agak asing ditempat ini, mereka juga tak banyak bicara seperti SMP dulu.
Tapi saat aku mengeluarkan handphone didalam tas, ada orang dari belakang
memanggilku.
“Hehh,
cewek centil, lo tu ternyata perusak hubungan, udah tau salah kenapa masih saja
bisa masuk sekolah ini,”kata seorang gadis yang tiba-tiba memegang pundak dan
membalikan badanku, sehingga bertatapan.
“Haahh,
ada masalah apa? Apa aku pernah salah dengan kakak?”kata terkejut, baru awal
masuk dan akan melewati MOS malah dihadang Kakak kelas yang menfitnahku dengan
seenaknya.
“Elo
tuh cewek centil, udah tau Alex punya cewek masih saja dideketin, sekarang apa
yang lo minta? Lihat kakak gue, dia stress berat, ngerti?”kata gadis tadi
dengan menudungkan jarinya ke dadaku, aduh aku geli, rasanya pengen ketawa tapi
tak bisa. Gadis itu bernama Lilly Puspita, tertera pada badge dan dia adalah
kakak kelas XI ips. Setelah sampai kepintu kelas ia mulai membalikan tubuhnya
kembali, ia mengucapkan ancaman. “Elo jangan pernah bilang dengan Alex, kalau
gak elo ga selamat disini.”
Mataku
seperti tak tahan melepaskan kepedihan, apa masalahnya dengan kakakku Alex dan
kenapa ia melibatkanku, dan kenapa dia menyebut bahwa Kakaknya stress sedangkan
juga dia tak mau aku mengatakan kepada Kak Alex. Duniaku hancur kalau baru
masuk pertama kali saja sudah ada yang mengancamku dengan kata-kata yang bikin
bingung.
“San,
ada apa? Kenapa elo bisa diancem kakak kelas itu?”kata Aurora menengkanku
dengan menatapku.
“Tidak,
aku tidak tau, tapi dia menyebut nama kakakku itu, dia bilang ancaman padaku,
apa dia punya masalah dengan kakakku, aku bingung, Ra.”kataku meletakan
handphone ke meja dan duduk dibangku depan kelas. Aku diam dengan tenang,
Aurora yang merasa kasihan menurutku dia memberikan senyuman dan mengelus-gelus
pundakku dengan lembut. Aurora Hapsari Putri adalah Gadis yang baik, dia adalah
orang yang bisa mengerti keadaanku walau dia tak tau keadaanku sebenarnya. Mata
Aurora Hitam pekat dengan kulit hitam dan rambut ikal, badanya indah banyak
orang yang menginginkan badannya termasuklah aku.
“maaf,
permisi boleh kenalan?”kata gadis berjilbab putih.
“Boleh,
Gue Aurora, gue dari SMP Daharmanata,”kata Aurora dengan pedenya dan dia sudah
melupakan kegalauan yang kurasakan.
“Aku
Sandra, nama kamu siapa?”kataku dengan menghilangkan resah dalam hati dan
kubuat senyuman indah dan menawan.
“Aku
Billy dan ini Jasmine, Kita boleh gabungkan,”kata seseorang yang putih dan
manis dibelakangnya. Mukanya mirip dengan Nikita Willy, tapi menurutku terlalu
polos untuk jadi Nikita Willy. Matanya menatap dengan senyuman manis, dagu
panjang mata hitam bersinar membuat kita langsung mengenal pribadi yang baik.
“Hai,
Billy dan Jasmine, boleh-boleh silahkan saja,”kataku dengan penuh senyuman. Tak
lama setelah kita berbincang seorang guru yang masih muda dan mempunyai muka
indo masuk kelas dengan membawa sebuah kartu berwarna merah.
Guru
itu bernama Pak Ardi, dia adalah wali kelasku yang baru. Walau kelihatannya dia
masih muda tapi kepribadiaanya juga dewasa. Kelihatan dari sosoknya saat dia
menerangkan kepada kami tentang MOS kali ini.
Jasmine
orang yang berjilbab putih dipanggil Pak Ardi untuk memperkenalkan diri. Namun
aku menjadi gugup karena bila sampai giliranku pasti nasibku akan seperti SMP
dulu yang kelam. Dulu waktu aku SMP aku disuruh mempresentasikan tentang
kehidupan awal manusia purba, namun aku tak bisa sama sekali mengucap. Suara
yang ku punya hilang dengan rasa demam panggung yang ku derita ini. Aku
dianggap orang-orang memang cantik dan modis, namun kelemahanku adalah saat aku
harus bergaul dengan orang yang baru aku kenal serta demam panggung yang bikin
bibir dan mataku kedutan. Yang bikin itu adalah sikap gak percaya diri yang ku
punya, padahal aku tau bagaimana aku, tapi lihat saja orang yang sudah akrab
denganku bakalan tau sifat asliku ini.
“Assalamualaikum
temen-temen, nama saya Jasmine Atherner Horman, tapi panggilanku Jasmine, aku
sekolah di SMP Urban 1 Jayapura, aku lahir tanggal 21 Maret dan Hobiku Membaca Buku Yang Menarik,”
Jasmine memperkenalkan dirinya secara singkat dan jelas.
“Maaf
pak, Kenapa kalau orang Jayapura omongan medok jawa, iyakan gak cocok,” kata
Seorang cowok yang yang ku kenal namanya Antony. Aku rasa dia cowok yang menjengkelkan, gaya yang sok kecakepan,
rambut yang sok eksis dibuat kaya justin bieber yang menurutku gak mirip.
Keheningan
saat Jasmine memperkenalkan diri telah lenyap, kelas menjadi rusuh dan kacau.
Jasmine yang tadinya tersenyum manis berubah malu. Aku tau jika aku yang di
tertawakan teman satu kelas yang belum aku kenal secara detail itu menyakitkan,
aku bakal nangis di depan kelas. Tak lama kemudian suara bijaksana mulai
terdengar. Pak Ardi yang mulai menenangkan kelas yang tadi seperti pasar
burung. Namun ketenangan itu membuat aku semakin gugup, karena Pak Ardi sudah
mencari murid yang harus memperkenalakan diri. Aku takut jika ia memilihku
nantinya, ternyata tak salah pikiranku. Pak Ardi menunjukku dengan sebuah
penghapus yang dipegangnya.
Hatiku
seperti mau copot, Jasmine sudah mulai duduk dibangkunya. Dan aku harus mulai
melangkahkan kaki kedepan kelas. Aku yang memakai seragam khas SMP-ku dan
memakai sepatu boot hitam merasa aku sangat berbeda. Dan semua orang
memperhatikanku dari ujung kaki samapi ujung kepala. Tapi saat aku sampai
kedepan kelas ada seorang cowok yang memakai seragam seperti aku, jas biru tua
dengan celana crem coklat, dasi biru tua. Ahh, aku inget dia dari SMP Bintang,
SMP Negeri 7. SMP paling top di kota pusat, keren. Ternyata tak disangka ada
murid dari kota juga disini, tapi diakan dari sekolah favorit ngapa dia sekolah
disini yang gak begitu baik prestasinya. Lupakan saja dia kembali ke aku yang
tak berkata sebentar. “Assalamualaikum, Namaku Alexandra Ayu Ningsih, panggilan
Sandra, aku dulu bersekolah di SMP Negeri 4, hobiku renang, baca komik, dan
jika lagi pengin ngelukis, ada yang ditanyakan?”aku menghela nafas, ternyata
aku bisa melakukan ini.
“Saya
Tanya, kenapa kamu dari kota mau pindah kesekolah plosok seperti ini,”kata
Seorang cowok yang menjengkelkan ANTONY, ihh lama-lama aku jengkel dengan dia,
sikapnya bikin aku risih, Tanya yang gak penting begitu.
“Karena,
emm karena… karena,”Kata kebingungan, masak aku harus mengaku kalau aku ini
ditelantarkan orang tuaku. Tapi ada orang yang membantuku yaitu Justin cowok
yang juga dari kota.
“Gue
rasa dia seperti gue, dia mau cari pengalaman baru,”kata Justin dengan
santainya. Ternyata walau dilihat gak punya etitude, dia punya hati juga.
Hatiku terpaku saat ia membantuku dalam menjawab pertanyaan yang gak penting
ini.
“Tapi
kenapa kalian mau masuk sekolah yang gak buat orang kaya, seperti SMA di kota
pusat gitu?”kata anak yang mukanya mirip banget sama artis luar Joe Jonas,
kalau tidak salah dia Richard.
“Karena
mau tau aja…,”kataku serentak dengan Justin.
Semua
terdiam sejenak, Pak Ardi langsung saja menyuruh Justin kedepan. Tanpa
mempersilahkan aku duduk kembali. Pak Ardi hanya menyuruh kami didepan kelas,
dan sekalian juga Justin memperkenalkan diri.
“Namaku
Justin Geovani Araban Saputra, panggilan Justin, aku dari SMP Negeri 7, hobiku
Main game sama mendaki, apa ada yang ditanyakan?”kata Justin dengan santai.
Kulihat dia orangnya cuek dan gak punya rasa takut. Dengan Kulit putih, postur
tubuh seperti model, dan rambut agak coklat asli. Pasti dia seseorang yang di
idam-idamkan oleh cewe-cewe, lihat saja mata teman-temanku, semua meliriknya
dengan penuh pandangan kagum.
“Baiklah,
ada yang akan ditanyakan soal mereka, mereka memang dari kota dan dari sekolah
yang memang dibangakan oleh provinsi kita, tapi sekolah ini juga bisa dijunjung
atas kedatangan mereka.”kata Pak Ardi yang bijaksana tadi.
Perkenalan dilanjutan
dengan penuh ketenangan dan tepuk tangan.to be continuous...
Iseng-iseng nulis aja.. Dari pada bad mood^^ aku selalu bikin-bikin cerita gak jelas kalau lagi ada waktu luang. Cerita ini muncul setelah aku melihat sebuah drama korea, kehidupan yang begitu nyata membuat aku masuk kesana, sehingga pikiranku sampai kecerita yang gak nyambung juga dengan drama korea yang aku tonton (: Trimakasih untuk yang sudah membaca.
0 komentar:
Posting Komentar