Rabu, 16 Mei 2012

[Cerbung] Alexandra - Suka Benci Suka Malu part 2

 Suka Benci Suka Malu
Part 2

Hari ini hari cerah, Ini adalah hari pertama aku masuk sekolah ku dan menjalani masa SMAku mulai dari sekarang. Mataku tertuju pada motor yang ada digarasi, tapi Alex malah menyambarnya untuk berangkat kekampus. Mukaku yang semangat berubah jadi muram mendung. Aku menuju ke arah Alex dan mengetakan kaki ku yang belum memakai sepatu.
“Kak Alex, aku mau pakai motor ini, akukan udah SMA jadi boleh dong pakai motor, Kakak pakai mobil deh,” Aku berkata seperti mengusir. “Ayolah Kak, pakai deh mobilku, atau kakak pakai saja mobil yang VW milik ayah, atau mobil merah Jambu milik ibu.”
“Enggak mau gue, gue kakak kamu! Gue wajib jaga kamu, karena adiku adalah yang paling aku sayangi, atau kamu sama Leon naik mobil dianter Pak Ujang.” Alex menyahut sambil mengeluarkan motor dari garasi terbuka itu dan menyalakannya.
“Hah, kakak kumohon aku boleh pakai motor,”kataku memohon.
“Gue bilang enggak ya enggak, kamu gue anter.” Kata Alex menoleh dengan pandangan yang menyudutkan.
Aku hanya diam tanpa berkata, malahan Alex mengetak sekali lagi dan menyuruhku pakai sepatu. Memang akhir-akhir ini setelah ia terpengaruh pada hal-hal yang dulu sempat menimpanya itu, sikapnya jadi over banget ke aku. Seperti dia selalu melarangku bergaul pada cowok-cowok maupun cewek-cewek centil yang tak baik atau pada hal-hal yang tak dibutuhkan. Dia seperti bodyguard seorang putri, dan melarang semua yang ku perbuat menurut peraturan salah. Walau sifatnya seperti itu aku tak pernah marah atau menyesal mempunyai kakak seperti dia, kehidupanku hanya tau soal kakak dan adikku. Yang lain hanya sebagai selir hati saja, yang bisa lepas dari genggamanku tanpa aku sadar. Mata kakakku menatapku seperti aku ini bak kekasihnya, tapi itu tanda ia sayang pada adiknya. “Iya deh, terserah kakak, aku dianter saja.” Aku yang tadi memakai sepatu lalu naik dibonceng kakakku yang paling aku sayang.
“ San, nanti sikapmu buatlah manis, dan jauhi cowok-cowok gak berperasaan dan rubah sikapmu supaya kamu dapet teman. Ingettttttt.” Kata Kak Alex dijalan dengan menarik tanganku untuk berpegangan padanya.
“Heh, Iya aku inget kok, semua kata-kata kakak aku simpan dalam otakku,”kataku dengan cemberut. “Kak, Lisa pacar kakak yang baik itu kenapa gak pernah  main kerumah lagi.” Kataku memotong perkataan yang lagi dibincangkan.
“Hah Lisa, dari mana kamu kenal dan tau dia pacar aku, kenapa bisa tau?” Kak Alex cangung dan merasa tak nyaman. Alex bagaikan makanan yang tertelan. Yang pasrah untuk masuk dan dihaluskan ke pencernaan. Aku hanya tertawa dalam hati, seandainya aku melihat wajahnya yang ditutup helm itu.
“Kak, Lisa tu dulu setiap hari main kerumah, padahal kakak gak ada dirumah, ia bawain coklat untuk Leon ma Sandra, Ayah dan Bunda juga tau kok? Tapi malah saat itu kakak pulang malam terus.”
Alex semakin aneh, sampai-sampai ia mempercepat laju motornya yang tadi dengan kecepatan 40km/jam sekarang bisa saja 70km/jam. Hahahaha barang kali, tapi gak tau juga. “Udah deh, gue males bicara soal dia lagi, dia pindah sekolah saat kenaikan kelas saat gue kelas 3, sampai sekarang gak pernah ada kabar dari dia,” Alex merasa udah disakiti, aku tau itu. Perasaan kita tu kayak menyatu, bagaikan amplop dan prangko karena kita adik kakak.
“Kak Lisa, udah putus dengan kakak, wah sayang sekali, padahal kuharap kak Lisa bisa jadi kakak iparku.” Aku melepas pegangan tanganku yang masih dipegang paksa kak Alex.
“Sandra, kita gak putus, tapi dia Cuma ninggalin gue aja? Puasss…”kata Alex dengan marahnya dan seperti sensitive tidak seperti biasanya.
Diperjalan setelah Kak Alex marah, tak ada yang diperbincangkan lagi. Sepatah katapun tak keluar dari mulut kami selain suara ku bernyanyi sendiri, dengan mendengarkan music di i-pod yang kunyanyikan adalah lagunya Lady Gaga, lagunya tuh seru dan asyik bikin hati tuh tenang dan senang. Sesampainya didepan sekolahan yang gak bagus dan gak juga mewah aku berdiri dan turun dari motor. Kak Alex hanya membuka tutup helm, tanpa jelas ia memandang sekolah lamanya dulu. Pasti benaknya sangat ingin dan kangen disekolahan di masa SMAnya ini. Tapi tunggu kenapa para kakak kelas atau panitia MOS itu memandangiku seperti mereka gak seneng atau seperti artis yang digosipin. “Kak Alex, kenapa sih orang-orang itu?”
Alex yang tadi diam, langsung mengucapkan sesuatu yang terlontar dengan seperti tadi tidak ada masalah saja. “Mereka itukan kasih kamu salam sapa, paling?” Alex langsung menghidupkan motornya dan mengelus kepalaku dengan lembutnya. Dan Alex mulai melaju dengan melambaikan tangannya padaku. Dan aku kembali melambaikan tanganku. Saat aku berbalik badan dan ternyata para kakak kelas melihatku sadis. Aku yang hanya murid baru menundukan kepalaku kebawah. Tanpa sadar aku telah masuk dan menuju lapangan untuk upacara pembukaan.
Diupacara ini aku barisan akhir, karena badanku yang tinggi, aku berjajar dengan gadis yang lebih tinggi denganku. Namanya Rebecca Austin, bukan aku kenal baik dan akrab dengannya. Tapi di seragamnya bertulis namanya. Dan dibelakang sudah barisan cowok-cowok. Walau di SMA murid cowok hanya 8 orang saja untuk kelasku. Oh yaa saat penerimaan murid baru aku sudah langsung dibagi kelasnya. Tau atau tidak aku ada dikelas X.1, disini aku masih cangung dengan teman-temanku. Ada satu orang yang mengajakku berkenalan, Namanya Aurora, dia dari SMA swasta yang ada tak jaauh dari sekolah ini. Gadis itu yang dapat langsung akrab denganku. Kembali ke kelas, kenapa hanya ada sedikit laki-laki dikelas ini, karena memang laki-laki tak banyak yang melanjutkan ke SMA mereka suka mengambil jurusan di SMK. Sampai-sampai aku hafal semua murid cowok dikelasku ini dari Johan, Casper, Antony, Lucky, Justin, Herman, Richard, dan Juan. Tapi entah mengapa aku gak berkenalan langsung dengan mereka. Aku menghafal nama mereka dari absensi.
“Stttstt, San, Sandra…Are you oke?”kata suara dari depan barisan, itu adalah Aurora yang dari pendaftaran mengenalku. Aku hanya menoleh kepadanya dari lamunan dan mengangguk. Tapi tiba-tiba terdengar dari belakang memanggil namaku. Aku menoleh ternyata mereka bukan memanggilku tapi memanggil seorang cewek mungil berkucir kuda yang ada didepanku. Memang namaku dengannya hampir sama dan malahan bikin pusing orang. Namanya Andra Eva Jenifer, yang tertulis pada bad di bajunya itu. Ya Tuhan kenapa sih orang-orang gak ngajak aku ngobrol. Tapi aku menatap Rebecca dan mulai berbicara padanya.
“Maaf, Boleh kenalan gak? Aku Sandra,”aku mengulurkan tangan kepada cewek hitam manis yang tinggi itu. Dan dia tersenyum padaku tanpa ragu dan bersemangat.
“Gue Rebecca, elo murid dari SMP mana, kok seragamnya asing yaa?”kata Rebecca menjabat tanganku dan bertanya. Aduh, sekolahku seharunya terkenal dong, sekolah mahal masak gak ada yang tahu. Pikiranku seperti merasakan sekolah ini ndeso, tapi enggak sekolah ini masih masuk kawasan kota. Oh yaa hari ini upacara memakai baju identitas masing-masing, dan baju identitasku adalah baju sailor dengan blazer hitam dasi merah dan rok hitam bermotif kotak. Sedangkan baju identitas yang dikenakan mereka adalah batik dan juga Kemeja dengan lengan panjang serta rok putih dan berwarna gelap. Wahh, ternyata mereka memang tak ada yang dari sekolah bertaraf mahal sepertiku.
“Aku dari SMP Kartini, atau SMP Negeri 4, memang asing dengan seragam seperti ini ya?”kataku memandang Rebecca.
“He..em, SMP itu ada dikota pusatkan? SMP yang bagus ya?” Rebecca menjawab dengan senyuman manis. Wajah Rebecca memang hitam manis dan rambut lurus direbonding sehingga agak-agak merah. Badanya tinggi kira-kira 4 cm lebih tinggi dari aku. Dan badanya lebih berbentuk. Walau kalau dia diam tanpa tersenyum mukanya sadis banget.
“Iyaa, tapi gak bagus juga kok, mereka hanya unggul dalam harga saja, tapi lihatlah prestasi yang hanya rata-rata di nasional, oh ya kamu dari SMP mana?” Kataku dengan kembali senyum padanya, dan aku baru kali ini berbicara panjang lebar pada orang yang aku kenal.
“Ohh, gue dari SMP Sanabakti yang tidak jauh dari sini sih, paling 3 km dari sini.”Katanya dengan kembali mendengarkan amanat upacara yang bikin telinga bunek.
“Ehmm, itu SMP berstandar SI-kan, wahh hebat yaa?”kataku dengan bercak-bercak kagum gitu. Aku dari dulu ingin banget masuk sekolah yang berstandar SI, tapi apa coba Ayah dengan Bunda malah menyekolahkanku ke sekolah yang mahal banget. Dan disana teman-temanku hanya yang bisa ngerti aku saja.
Obrolan kami mulai tak didengar setelah beberapa saat. Aku mulai mendengarkan amanat dari kepala sekolah yang seperti burung berkicau yang tiada hentinya sama sekali, malahan suaranya lebih berisik dari pada burung berkicau. Dengan merasakan panas terik matahari yang ku rasakan ini, tubuhku seperti mengeluarkan air yang sangat deras, keringat ini membasahi rambutku yang ku kucir kuda dengan poni didepan. Dan lihatlah para cowok yang ada di belakangku, mereka mulai mengeluh dan upacara itu berubah agak rebut. Namun tiba-tiba amanat yang sudah setahun lalu di bacakan selesai juga, kukira kalau tadi aku tulis bisa jadi novel berseri.
Upacara yang sudah selesai, para siswa baru memasuki kelas masing-masing. Walau aku merasa agak asing ditempat ini, mereka juga tak banyak bicara seperti SMP dulu. Tapi saat aku mengeluarkan handphone didalam tas, ada orang dari belakang memanggilku.
“Hehh, cewek centil, lo tu ternyata perusak hubungan, udah tau salah kenapa masih saja bisa masuk sekolah ini,”kata seorang gadis yang tiba-tiba memegang pundak dan membalikan badanku, sehingga bertatapan.
“Haahh, ada masalah apa? Apa aku pernah salah dengan kakak?”kata terkejut, baru awal masuk dan akan melewati MOS malah dihadang Kakak kelas yang menfitnahku dengan seenaknya.
“Elo tuh cewek centil, udah tau Alex punya cewek masih saja dideketin, sekarang apa yang lo minta? Lihat kakak gue, dia stress berat, ngerti?”kata gadis tadi dengan menudungkan jarinya ke dadaku, aduh aku geli, rasanya pengen ketawa tapi tak bisa. Gadis itu bernama Lilly Puspita, tertera pada badge dan dia adalah kakak kelas XI ips. Setelah sampai kepintu kelas ia mulai membalikan tubuhnya kembali, ia mengucapkan ancaman. “Elo jangan pernah bilang dengan Alex, kalau gak elo ga selamat disini.”
Mataku seperti tak tahan melepaskan kepedihan, apa masalahnya dengan kakakku Alex dan kenapa ia melibatkanku, dan kenapa dia menyebut bahwa Kakaknya stress sedangkan juga dia tak mau aku mengatakan kepada Kak Alex. Duniaku hancur kalau baru masuk pertama kali saja sudah ada yang mengancamku dengan kata-kata yang bikin bingung.
“San, ada apa? Kenapa elo bisa diancem kakak kelas itu?”kata Aurora menengkanku dengan menatapku.
“Tidak, aku tidak tau, tapi dia menyebut nama kakakku itu, dia bilang ancaman padaku, apa dia punya masalah dengan kakakku, aku bingung, Ra.”kataku meletakan handphone ke meja dan duduk dibangku depan kelas. Aku diam dengan tenang, Aurora yang merasa kasihan menurutku dia memberikan senyuman dan mengelus-gelus pundakku dengan lembut. Aurora Hapsari Putri adalah Gadis yang baik, dia adalah orang yang bisa mengerti keadaanku walau dia tak tau keadaanku sebenarnya. Mata Aurora Hitam pekat dengan kulit hitam dan rambut ikal, badanya indah banyak orang yang menginginkan badannya termasuklah aku.
“maaf, permisi boleh kenalan?”kata gadis berjilbab putih.
“Boleh, Gue Aurora, gue dari SMP Daharmanata,”kata Aurora dengan pedenya dan dia sudah melupakan kegalauan yang kurasakan.
“Aku Sandra, nama kamu siapa?”kataku dengan menghilangkan resah dalam hati dan kubuat senyuman indah dan menawan.
“Aku Billy dan ini Jasmine, Kita boleh gabungkan,”kata seseorang yang putih dan manis dibelakangnya. Mukanya mirip dengan Nikita Willy, tapi menurutku terlalu polos untuk jadi Nikita Willy. Matanya menatap dengan senyuman manis, dagu panjang mata hitam bersinar membuat kita langsung mengenal pribadi yang baik.
“Hai, Billy dan Jasmine, boleh-boleh silahkan saja,”kataku dengan penuh senyuman. Tak lama setelah kita berbincang seorang guru yang masih muda dan mempunyai muka indo masuk kelas dengan membawa sebuah kartu berwarna merah.
Guru itu bernama Pak Ardi, dia adalah wali kelasku yang baru. Walau kelihatannya dia masih muda tapi kepribadiaanya juga dewasa. Kelihatan dari sosoknya saat dia menerangkan kepada kami tentang MOS kali ini.
Jasmine orang yang berjilbab putih dipanggil Pak Ardi untuk memperkenalkan diri. Namun aku menjadi gugup karena bila sampai giliranku pasti nasibku akan seperti SMP dulu yang kelam. Dulu waktu aku SMP aku disuruh mempresentasikan tentang kehidupan awal manusia purba, namun aku tak bisa sama sekali mengucap. Suara yang ku punya hilang dengan rasa demam panggung yang ku derita ini. Aku dianggap orang-orang memang cantik dan modis, namun kelemahanku adalah saat aku harus bergaul dengan orang yang baru aku kenal serta demam panggung yang bikin bibir dan mataku kedutan. Yang bikin itu adalah sikap gak percaya diri yang ku punya, padahal aku tau bagaimana aku, tapi lihat saja orang yang sudah akrab denganku bakalan tau sifat asliku ini.
“Assalamualaikum temen-temen, nama saya Jasmine Atherner Horman, tapi panggilanku Jasmine, aku sekolah di SMP Urban 1 Jayapura, aku lahir tanggal  21 Maret dan Hobiku Membaca Buku Yang Menarik,” Jasmine memperkenalkan dirinya secara singkat dan jelas.
“Maaf pak, Kenapa kalau orang Jayapura omongan medok jawa, iyakan gak cocok,” kata Seorang cowok yang yang ku kenal namanya Antony. Aku rasa dia cowok yang  menjengkelkan, gaya yang sok kecakepan, rambut yang sok eksis dibuat kaya justin bieber yang menurutku gak mirip.
Keheningan saat Jasmine memperkenalkan diri telah lenyap, kelas menjadi rusuh dan kacau. Jasmine yang tadinya tersenyum manis berubah malu. Aku tau jika aku yang di tertawakan teman satu kelas yang belum aku kenal secara detail itu menyakitkan, aku bakal nangis di depan kelas. Tak lama kemudian suara bijaksana mulai terdengar. Pak Ardi yang mulai menenangkan kelas yang tadi seperti pasar burung. Namun ketenangan itu membuat aku semakin gugup, karena Pak Ardi sudah mencari murid yang harus memperkenalakan diri. Aku takut jika ia memilihku nantinya, ternyata tak salah pikiranku. Pak Ardi menunjukku dengan sebuah penghapus yang dipegangnya.
Hatiku seperti mau copot, Jasmine sudah mulai duduk dibangkunya. Dan aku harus mulai melangkahkan kaki kedepan kelas. Aku yang memakai seragam khas SMP-ku dan memakai sepatu boot hitam merasa aku sangat berbeda. Dan semua orang memperhatikanku dari ujung kaki samapi ujung kepala. Tapi saat aku sampai kedepan kelas ada seorang cowok yang memakai seragam seperti aku, jas biru tua dengan celana crem coklat, dasi biru tua. Ahh, aku inget dia dari SMP Bintang, SMP Negeri 7. SMP paling top di kota pusat, keren. Ternyata tak disangka ada murid dari kota juga disini, tapi diakan dari sekolah favorit ngapa dia sekolah disini yang gak begitu baik prestasinya. Lupakan saja dia kembali ke aku yang tak berkata sebentar. “Assalamualaikum, Namaku Alexandra Ayu Ningsih, panggilan Sandra, aku dulu bersekolah di SMP Negeri 4, hobiku renang, baca komik, dan jika lagi pengin ngelukis, ada yang ditanyakan?”aku menghela nafas, ternyata aku bisa melakukan ini.
“Saya Tanya, kenapa kamu dari kota mau pindah kesekolah plosok seperti ini,”kata Seorang cowok yang menjengkelkan ANTONY, ihh lama-lama aku jengkel dengan dia, sikapnya bikin aku risih, Tanya yang gak penting begitu.
“Karena, emm karena… karena,”Kata kebingungan, masak aku harus mengaku kalau aku ini ditelantarkan orang tuaku. Tapi ada orang yang membantuku yaitu Justin cowok yang juga dari kota.
“Gue rasa dia seperti gue, dia mau cari pengalaman baru,”kata Justin dengan santainya. Ternyata walau dilihat gak punya etitude, dia punya hati juga. Hatiku terpaku saat ia membantuku dalam menjawab pertanyaan yang gak penting ini.
“Tapi kenapa kalian mau masuk sekolah yang gak buat orang kaya, seperti SMA di kota pusat gitu?”kata anak yang mukanya mirip banget sama artis luar Joe Jonas, kalau tidak salah dia Richard.
“Karena mau tau aja…,”kataku serentak dengan Justin.
Semua terdiam sejenak, Pak Ardi langsung saja menyuruh Justin kedepan. Tanpa mempersilahkan aku duduk kembali. Pak Ardi hanya menyuruh kami didepan kelas, dan sekalian juga Justin memperkenalkan diri.
“Namaku Justin Geovani Araban Saputra, panggilan Justin, aku dari SMP Negeri 7, hobiku Main game sama mendaki, apa ada yang ditanyakan?”kata Justin dengan santai. Kulihat dia orangnya cuek dan gak punya rasa takut. Dengan Kulit putih, postur tubuh seperti model, dan rambut agak coklat asli. Pasti dia seseorang yang di idam-idamkan oleh cewe-cewe, lihat saja mata teman-temanku, semua meliriknya dengan penuh pandangan kagum.
“Baiklah, ada yang akan ditanyakan soal mereka, mereka memang dari kota dan dari sekolah yang memang dibangakan oleh provinsi kita, tapi sekolah ini juga bisa dijunjung atas kedatangan mereka.”kata Pak Ardi yang bijaksana tadi.
Perkenalan dilanjutan dengan penuh ketenangan dan tepuk tangan.

to be continuous... 

By Desintya Sari Norega


Iseng-iseng nulis aja.. Dari pada bad mood^^ aku selalu bikin-bikin cerita gak jelas kalau lagi ada waktu luang. Cerita ini muncul setelah aku melihat sebuah drama korea, kehidupan yang begitu nyata membuat aku masuk kesana, sehingga pikiranku sampai kecerita yang gak nyambung juga dengan drama korea yang aku tonton (: Trimakasih untuk yang sudah membaca.

0 komentar:

Posting Komentar

berkunjung juga yuk!

LATEST POSTS